"Aku mau Dave menikahiku!!" Dengan lantangnya dan tanpa rasa malu Emile mengucapkan kalimat itu di depan keluarga Dewa dan Sahabat-sahabatnya.
Deg.
Cinta membatu, lidahnya kelu tak bisa mengatakan apapun. Apa yang barusan dia dengar itu adalah sunguhan? Dia malah bertanya-tanya, dengan mudahnya perempuan itu mengatakan kalimat itu seolah Cinta tidak pernah ada. Apa perempuan itu tidak menyadari kalau Dewa sudah menikah? Lalu akan seperti apa nasibnya jika suaminya benar-benar menikahi perempuan itu.
Cinta memang memaklumi jika perempuan itu meminta pertanggung jawaban dari Suaminya, tapi apa harus dengan menikah? Dan apa yang akan terjadi selanjutnya? Cinta sampai kapanpun tidak akan pernah siap berbagi cinta dengan orang lain. Baru saja beberapa hari yang lalu Dewa mengatakan cinta padanya, dan kini semua itu harus rusak secepat itu.
Bu Dayu tidak bisa menahan amarahnya, begitu juga dengan yang lainnya. Emile berkata seolah-olah keadaan masih sama seperti satu tahun yang lalu.
"HEIIIII!!!!" Bu Dayu membentak Emile dengan wajah memerah padam. Enak sekali wanita itu bicara sembarangan di depan keluarganya.
"Sabar Mam, " William mengelus pundak Maminya, berusaha menenangkannya yang terbakar emosi.
"Tidak bisa,Will! Perempuan ini harus di ajari bagaimana cara menghargai orang lain." Bu Dayu melepaskan tangan William yang bergelantungan di pundaknya. Dia melangkah maju dua lanğkah di hadapan Emile.
"Setelah kamu meninggalkan anak saya tanpa alasan, dan kini saat dia sudah bahagia dengan orang lain, kamu datang dan meminta pertanggung jawaban? Atas hak apa Kamu ingin menikah dengan Dave!!!?" Lanjut Buk Dayu sambil meluapkan semua emosi yang membara di dalam tubuhnya. Rasanya pembuluh darahnya akan pecah, menghadapi perempuan seperti Emile.
"Kenzo. Atas dasar Kenzo anak aku dan Dave." Jawab Emile tanpa rasa malu.
Entah kenapa setiap kali Emile mengatakan 'anak aku dan Dave' jantung Cinta seakan berhenti berdetak. Dia seperti tenggelam ke dasar laut yang paling dalam, pikirannya sudah tidak bisa berkerja dengan stabil, dia blank.! Tidak bisa memikirkan hal lain selain mengeluarkan air mata.
"Dave, apa kamu yakin Kenzo itu anak kamu?" Bu Dayu memandang kearah Putranya yang membenku di sofa panjang ruang tamu. Dewa tidak bisa mengatakan apapun, pikirannya seakan kerja rodi untuk menemukan cara dan solusi yang paling tepat dalam mengatasi masalah ini.
"Dave Jawab!" Sahut Emile dengan mata sendu kearah Dewa, membuat Cinta merasa muak berada di ruangan itu.
Dewa tak bergeming, dia malah memandang kearah istrinya yang berdiri di sebrangnya. Cinta memalingkan wajah, ketika dua pasang mata itu bertemu. Gadis bali itu tidak tau harus bagaimana lagi menghadapi suaminya, selam ini dia sudah cukup mengerti tentang segala kekurangannya dan masa lalunya. Tapi, untuk masalah ini dia benar-benar tidak bisa menahan saki di hatinya yang terluka karena kehadiran perempuan itu dalam kehidupan rumah tangganya.
"Aku tidak tau." Jawab Dewa dengan suara pelan
Bu Dayu memandang lekat putranya yang seolah putus asa dengan keadaan, "Dewa, Sebagai seorang laki-laki, Mami tidak pernah mengajarkan kamu untuk menjadi laki-laki pengecut!! Apa yang kamu lakukan ini, adalah kesalahan terbesar kamu. Kamu tidak hanya mengecewakan Mami, tapi juga Cinta Istri kamu." Bu Dayu mendesah kesal kearah Dewa, putranya.
"Dengar Dewa, dalam masalah ini Mami tidak akan membelamu sedikitpun. Kamu selesaikan masalah ini sendiri, keputusan ada di tangan kamu. Tapi, yang jelas Mami tidak pernah menerima perempuan ini menjadi memantu Mami." Bu Dayu menatap Emile ganas, "dan jika kamu memilih menikah dengannya, tinggalkan Cinta. Karena Mami tidak ingin Cinta menderita dan terlukan karena kehadirannya. Lebih baik Cinta mencari hidup baru, dari pada harus tersiksa di rumah ini!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Dewa Cinta Bertemu [END]
Художественная проза"Mencintaimu adalah rasa sakit.. Tapi, tidak mencintaimu jauh lebih sakit" Hubungan antara Dewa dan Cinta berawal dari sebuah perjodohan. Dimana perjodohan itu membawa Cinta seorang gadis desa asal bali harus tinggal di tempat yang asing, yang tida...