Dengan susah payah Emile berusaha mencari dimana Dewa menyimpan benda kecil itu yang saat ini menentukan masa depannya. Sore itu saat keadaan tengah sepi, Dewa belum pulang dari kantornya dan begitu juga dengan Cinta yang masih sibuk mengajar menari di hari pekan. Itu menjadi kesempatan emas untuk Emile agar lebih leluasa mencari apa yang di carinya.
Dia membongkar seluruh isi kamar suaminya, lemarinya, meja dan laci-laci. Dengan penuh ambisi dia mulai meneliti setiap barang yang ada di sudut kamar bernuansa brown itu. Namun -Nihil.
Tak satupun barang kecil itu menampakkan dirinya. Gadis itu mulai frustasi memikirkan dimana laki-laki itu menyimpan benda berharga itu. Pikirkannya kacau di berbagai tempat, waktu semakin mendesak. Dia tidak punya banyak waktu, malam ini benda itu sudah harus berada di tangannya untuk di berikan kepada Maxim. Atau hidupnya akan hancur keesokan harinya.
Dia tidak ingin semua itu terjadi , karir dan semua yang dimilikinya saat ini tidak boleh hancur begitu saja. Begitu banyak hal yang sudah dia korbankan demi memiliki semua itu. Dan jika sekarang semuanya hanya akan menjadi debu, dia tidak pernah bisa memaafkan kebodohannya.
Apapun yang terjadi dia harus mendapatkan benda itu, demi kelangsungan hidupnya. Emile berdiri di tengah-tengah kamar Dewa, berusaha memikirkan dimana kemukinan Dewa menyembunyikan benda itu.
Kamar yang tadinya rapi menjadi hancur berantakkan seperti kapal pecah, karena ulahnya dan dia tidak memperdulikan hal itu sedikitpun. Kemudian dia mulai berpikir, dia teringat satu tempat yang belum ia periksa.
Dia langsung bergegas menuju kamar di sebelahnya. Membongkar membabi buta kamar Cinta, mengeluarkan seluruh isi di dalamnya. Dia tidak sadar apa yang di lakukannya itu adalah hal yang salah dan tidak bertanggung jawab. Dengan seenaknya dia membongkar kamar milik orang lain tanpa permisi. Menyentuh barang-barang Cinta tanpa izin dari pemiliknya.
Setelah cukup lama mengobrak-abrik kamar itu, melempar kesana-kesini barangnya, akhirnya perempuan yang berprofesi sebagai model itu berhasil menemukan chips kecil yang di carinya di bawah sebuah laci dekat lemari Cinta.
Emile tersenyum puasa dan menggenggam erat chips yang berukuran segenggam tangan itu. Akhirnya setelah berjam-jam sudah jerih payahnya mebuahkan hasil yang pantas. Saat ini dia tidak khawatir lagi dengan masa depannya keesokan harinya. Karena Chips itu sudah berada di tangannya.
Setelah ini, dia akan segera memberikan benda itu kepada ketua mafia itu. Dan segera meninggalkan rumah ini sebelum semua rencananya terbongkar. Sebelum Dewa mengetahui semua yang telah di lakukannya.
"Emile, apa yang sedang kamu lakukan di kamarku?" Suara Cinta muncul di saat yang tidak tepat.
Emile membatu.
"Apa kamu sudah gila? Seenakanya menghancurkan kamarku?" Cinta menatap dengan penuh emosi di matanya. perempuan berdarah bali itu paling tidak suka jika ada seseorang memasuki kamarnya tanpa izin.
Emile bungkam serubu bahasa.
Perlahan-lahan dia menyembunyikan chips itu di belakang punggungnya. Sementara Cinta mulai curiga dengan gerak-gerik aneh pada perempuan itu.
"Apa yang kamu sembunyikan?" Tanya Cinta menatapnya tajam.
"Aaaku...tidak menyembunyikan apa-apa. " jawabnya gugup
"Kamu pikir bisa membohongiku?"
Emile berpikir keras, bagaimana caranya pergi dari tempat ini secepatnya. Dia harus segera pergi sebelum Dewa juga mengetahui semuanya.
Satu-satunya jalan adalah kabur. Hanya itu yang terpikir di otaknya, tidak ada jalan keluar lain bagi mereka yang sudah ketahuan berbohong. Emile berlari menerobos pintu keluar dan menambrak Cinta hingga terjungkal kelantai. Dia berlari sekuat tenaga dan Cinta berusaha bangkit dan mengerjarnya. Terjadilah aksi saling dorong-menorong, tarik-menarik diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Dewa Cinta Bertemu [END]
Fiksi Umum"Mencintaimu adalah rasa sakit.. Tapi, tidak mencintaimu jauh lebih sakit" Hubungan antara Dewa dan Cinta berawal dari sebuah perjodohan. Dimana perjodohan itu membawa Cinta seorang gadis desa asal bali harus tinggal di tempat yang asing, yang tida...