chapter 3

3.2K 237 4
                                    

Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.

"Kau melamun Zio." tutur Ale matanya menatap manik mata abu-abu itu.

Ale terpaku menatap manik abu-abu itu, manik itu seperti mempunyai magnet yang membuat pandanganya tidak bisa lepas menatap mata itu, sadar akan perlakuannya yang mulai aneh ia menggelengkan kepalanya, "aku baru sadar, kau memiliki mata yang indah."

Mendengar itu Zio mengerjapkan matanya berapa kali, ia memiringkan kepalanya menatap Ale bingung. Ale adalah orang pertama yang mengatakan bahwa mata miliknya indah, seluruh keluarganya memiliki warna manik mata yang sama dengan miliknya, jadi ia tidak pernah mendapatkan pujian seperti itu.

"Ayo, kita lanjutkan berkeliling pondok ini!." ujar Ale semangat melangkah mendahului Zio menuju belakang pondok.

Tanpa sadar tangan kanan Zio menyentuh kelopak matanya, ia menatap Ale dari belakang, "apa itu benar?. Gumamnya lalu melangkah menyusul Ale.

-------------------------

Sebuah rumah panggung dari anyaman dan bambu-bambu berdiri kokoh di belakang pondok itu, akhirnya ia menemukan rumah dari sekian luas tempat ini, dari tadi hanya pepohonan yang tinggi dan rimbun yang ia temukan, ia kira hanya pondok ini satu-satunya bangunan disini. Ternyata masih ada lagi sebuah rumah yang berada tepat di belakang pondok itu.

"Ini rumah Pak Lano, dia punya istri dan dua anak. Yang pertama namanya Calvin, yang terakhir Cicil. Mereka sering main dan menginap di pondok. Pak Lano itu satu-satunya pria dewasa disini, jadi dia yang bertanggung jawab terhadap keamanan disini."

Di bawah rumah panggung Pak Lano terdapat kandang kelinci dengan kelinci berbagai macam warna dan ukuran. Di samping kanan rumahnya ada sebuah kandang bebek dan burung puyuh, ada juga kolam ikan yang tidak terlalu besar.

Manik mata abu-abu itu menatap intens pada seekor hewan yang terlihat gagah, hewan itu memiliki surai hitam yang berkilau di timpa sinar matahari, bulu coklatnya terlihat sangat lah lembut dan berkilau. Hewan itu meringkik pelan ketika Ale berjalan mendekatinya.

Seperti sudah sangat kenal dengan anak perempuan itu, kuda itu menundukkan kepalanya, kedua kaki depannya menekuk, dengan senyum mengembang Ale menaiki hewan itu, ia mengusap lembut bulu-bulu di leher kuda itu, tertawa kecil lalu memeluk leher hewan itu.

Zio masih diam menatap kedekatan Ale dan hewan itu, ia baru pertama kali melihat hewan itu secara langsung. kuda siapa itu?, kenapa hewan itu dibiarkan berkeliaran bebas?, apa pemiliknya tidak takut kuda itu kabur atau di curi?, apa kuda itu milik Alicia?.

"Kemarilah Zio!, kau harus berkenalan dengan Brown!." kata Ale tangannya menyuruh Zio untuk mendekat.

Anak laki-laki itu mendekat perlahan, tangannya terangkat menyentuh hewan itu, lembut. Mata hewan itu menatapnya, kepalanya mendekat pada zio. "Zio, kelihatannya Brown menyukai mu!. Kuda ini milik pak Lano, ia membelinya di desa sebelah sejak kuda ini masih kecil. Biasanya kuda ini di bawa ke desa sebelah untuk mengangkut bibit-bibit sayuran, dan beberapa barang-barang yang di beli di sana."

Kuda itu terlihat menyukai Zio, tangan Zio terus mengusap bulu-bulu lembut kuda itu, dan menyentuh suarai hitam berkilau itu, hewan itu kembali meringkik pelan. Ale terlihat kesulitan untuk turun dari hewan itu, matanya menatap Zio dengan tatapan memelas.

"Tolong aku." katanya pelan dengan nada memohon.

Zio memutar bola matanya, ia berdiri di samping Ale, tangannya memegang pinggang kecil anak itu sedangkan kedua tangan Ale memegang pundak Zio, Zio menurunkan Ale dengan mudah.

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang