Chapter 47

1.2K 120 0
                                    

Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.

Plakk.

"Bangun bodoh!, lawan aku!. "

Daren menampar Zio dengan kencang bahkan Zio sampai menoleh karena tamparan itu. Karena tamparan itu juga akhirnya ia sadar, Kesadarannya bagai tertarik kembali.

"Hentikan Daren, kau sudah berjanji untuk tidak membunuhnya. Sekarang biarkan dia membalaskan apa yang seharusnya ia balaskan." akhirnya Aaron membuka suara setelah diam saja sedari tadi.

***---***

"Maaf." hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Daren memejamkan mata berusaha meredam emosi yang memuncak. Kepalan tangannya mengendur, bagaimanapun itu bukan sepenuhnya kesalahan Zio, saat itu ia hanyalah seorang anak yang belum mengerti banyak hal dan memiliki rasa penasaran yang tinggi.

"Ayahku sangat menyayangimu Zio, aku tidak bisa membunuh seseorang yang mati-matian ia lindungi. Bahkan disaat terakhirnya ia masih sempat tersenyum padamu. "

"Aku sudah melakukan apa yang ingin kulakukan, kini giliranmu. Kembalilah dengan selamat, seperti yang Ayahku katakan padamu disaat terakhirnya jaga dirimu baik-baik Zio."

Pria itu bangun setelah menepuk pelan pundak Zio lalu berbalik pergi meninggalkan Zio yang masih terduduk dilantai. "aku tidak seperti kakakku yang membencimu, bagaimanapun kau pernah menolongku dulu. Tentang ayahku, seperti yang Daren bilang dia menyayangimu maka dari itu buatlah dia bangga."

"Dan ini yang terakhir, soal pasukan yang ku bawa itu mereka semua adalah orang-orang pilihan dari naga putih mereka bukan anggotaku. Aku hanya datang dan mengikuti rencana yang dibuat Daren. Tugasku hanya sampai disini, dan rencananya berjalan lancar. "

"Semoga berhasil Zio, ahh ralat. Kau pasti berhasil."

Setelah mengucapkan itu Aaron pergi menyusul Daren yang sudah hilang entah kemana. Arvy mendekat ia berjongkok disamping Zio, "Kau tidak apa-apa?."

Kedua tangannya mengusap wajahnya yang kini sudah di penuhi lebam akibat pukulan Daren yang sialnya sangat kencang." Ayo Arvy, tinggal sedikit lagi perjuangan kita. "

Mentalnya tertekan, perkataan Daren masih memenuhi pikirannya konsentrasinya pecah bercabang-cabang. Rasanya ia ingin pergi menjauh dahulu untuk menjernihkan pikirannya, tapi ia tak punya waktu lagi Ale menunggunya sekarang, entah hal apa yang pria berperut buncit itu lakukan pada Ale.

Yang pasti bila ia menemukan luka meskipun hanya segores di tubuh Ale, ia tak akan segan membunuh pria itu dengan cara terkeji sekalipun.

"Kau tidak bisa melanjutkannya bila seperti ini Zio. Kau sangat kacau, hanya hal sia-sia yang kita dapatkan bila kita tidak tenang. "

Zio memukul lantai dengan kencang, ia menjambak rambut merah tembaganya yang kini sangat berantakan. Daren memang tidak membunuhnya, tapi laki-laki itu berhasil membuatnya jatuh. Jatuh untuk yang kesekian kalinya, ia jatuh kedalam bayangan masa lalu yang memerangkapnya.

"Ada yang mendekat, kau tenangkan dirimu dulu biar aku yang melawannya. "

Ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang sempat menggila, bahkan tubuhnya masih sedikit gemetar. Saat-saat yang paling ditakutinya adalah, ketika dirinya tidak berdaya tenggelam bersama luka.

Dan hal yang paling dibencinya adalah, terperangkap oleh masa lalu yang penuh dengan luka. Dan sialnya ia sedang mengalami keduanya disaat yang bersamaan.

"Ini bukan waktunya duduk santai Zio. "

Dengan cepat ia menoleh, matanya membulat sempurna, wajahnya menunjukkan keterkejutan. "Kau..."

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang