Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.
Zio memutar bola matanya malas, "bagaimana kau tau bentuknya indah kalau belum pernah lihat?."
"Zio, semua yang ada di khayalan ku itu indah!. Jadi bisa kah kau berhenti protes?." jawab Ale sambil bersungut kesal.
"Terserah kau saja."
"Nah, itu lebih bagus!."
-------------------------------------
Mereka sudah sampai di depan ruang menembak. Sebuah pintu kaca yang buram berdiri di depan mereka membuat kedua sulit melihat keadaan di dalam."Ruang ini kedap suara." gumam Zio. Pantas saja di sepanjang perjalanan ia tidak mendengar suara tembakan satu pun.
"Kau yakin ini ruangannya?." bisik Ale sambil menatap kedalam takut.
"Ya."
Tok, tok, tok
Zio mengetuk pintu kaca itu dan menunggu pintu itu di buka. Ia melirik Ale yang hanya diam menatap pintu di depannya.
Tok, tok, tok.
"Tak ada orang di dalam." ujar Ale pelan seperti gumaman.
Zio mengangguk, "ya, kita kembali saja."
"Aku ingin berkeliling."
"Kita akan berkeliling bersama Arnold."
Baru saja mereka membalikkan badan pintu kaca itu terbuka. Sosok Arnold muncul di mulut pintu. "Kalian mencari ku?."
Zio mengangguk, "Ya, kami ingin bertemu dengan ketua Naga putih. Bisa kau mengantar kami?."
"Bertemu ketua?, untuk apa?."
"Kami ingin mengucapkan terima kasih karena telah mau menerima kami disini, kami juga ingin tau siapa ketua kami bukan?, tak enak kalau kami tinggal disini tanpa tau siapa ketua Naga putih." jawab Ale masih setia menundukkan kepalanya.
Sebelas alis Arnold terangkat, bibirnya membentuk sebuah senyum tipis, "kau tidak takut?."
"Apa dia kanibal?, memakan manusia?." bukannya menjawab Ale malah balik bertanya.
"Tidak, dia sama seperti kita."
"Kalau seperti itu, tidak ada alasan untuk takut padanya." sahut Zio percaya diri.
"Ku akui kalian memang cukup berani, dan aku suka cara pikir mu Zio. Ayo, akan ku antar kalian ke ruangan tuan besar."
Arnold berjalan mendahului kedua anak itu, sedangkan keduanya mengekor di belakang. Ale sibuk dengan fikirannya, seseram apa ketua Naga putih?,apa dia tidak suka anak-anak?.
Ruangan ketua berada di lantai tiga mansion ini, Ale terpaksa menaiki lift karena tangga berada cukup jauh dari tempat mereka dan Arnold tidak ingin repot. Alhasil anak perempuan itu pasrah mengikuti Arnold.
Ting.
Lift terbuka kedua orang itu keluar bergantian. Ale keluar dengan wajah pucat, ia memiliki phobia dengan ruang sempit seperti lift. Kepalanya akan berdenyut pusing dan membuatnya gelisah. Tapi dia hanya bisa diam di depan Arnold.
"Kau sakit?." tanya Zio yang menyadari perubahan anak perempuan di sampingnya itu.
"Hanya sedikit pusing."
"Kau phobia ruang sempit?".
"Kurasa ya."
Langakah Arnold terhenti membuat kedua anak itu ikut menghentikan langkah mereka, di depan mereka berdiri dengan kokoh sebuah pintu besar dengan ukiran seekor naga putih yang menawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
ActionKarena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingin yang menusuk. Ia harus merasakan jatuh berkali-kali, kelembutan di hatinya sudah terampas terganti...