Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.
Tok, tok, tok.
Pintu kamarnya di ketuk, gadis itu pasti terbangun dari tidurnya.
"Zio?, kau sudah tidur?."
Zio menoleh kearah pintu kamarnya, Ale memanggilnya. "Belum."
"Wahh, sepertinya aku mengganggu aktivitas kalian. Kalau begitu aku akan matikan sambunganya, have fun!."
***---***
Zio memutar bola matanya kesal mendengar ucapan Daren yang terdengar seperti ejekan. Ia meletakkan ponselnya diatas nakas, lalu segera membuka pintu.
"Kau terbangun?." tanyanya pada Ale yang kini tengah berdiri dihadapannya.
Gadis itu mengangguk, "aku tadi menunggumu pulang, tapi malah tertidur. Kau sudah makan?".
"Belum."
"Aku sudah memasak untukmu, aku juga membuat bolu kukus dengan nyonya Dee. Kau harus mencobanya."
Ale menarik tangan kanan Zio dan membawanya menuju dapur, ia juga menarik kursi untuk Zio duduk. Makanan sudah tertata rapih diatas meja, Ale menyendokkan nasi keatas piring beserta lauk pauknya ia memberikan piring itu pada Zio.
"Ayo makan!." ujarnya sambil menuang segelas air untuk Zio.
"Kau tidak makan?." tanya Zio sambil menatap Ale.
Ale tersenyum dan menggeleng, "aku masih kenyang."
"Kenapa kau tidak bilang kalau ingin membersihkan kamar itu?." tanya Zio setelah menelan suapan pertamanya.
"Untuk apa?, aku hanya membersihkan bukannya mengobrak-ngabrik kamarmu." ujar Ale dengan sedikit kesal.
"Kalau kau bilang, aku bisa menyuruh seseorang untuk membantumu."
"Tak perlu, aku bisa sendiri. Lagipula hanya satu kamar saja, aku pernah membersihkan sepuluh kamar di mansion."
Kening Zio mengkerut, "mansion?. Mereka menyuruhmu untuk membersihkan kamar?."
Buru-buru Ale menggeleng, "Tidak, aku membantu pekerjaan Lexi. Kasihan dia, ibunya sakit dia juga memiliki banyak pekerjaan lainnya."
Zio mengangguk-anggukan kepalanya, ia memakan makanannya dengan lahap. Masakan Ale memang tak semewah masakan chef-chef ternama, tapi masakan Ale sanggup membuatnya ingin lagi dan lagi padahal Zio adalah type orang yang susah makan.
Suara dentingan sendok dan garpu menghiasi suasana makan mereka yang diselingi obrolan ringan yang jarang sekali Zio lakukan, mengingat laki-laki itu tidak suka berbasa-basi.
Setelah makan Ale mencuci piring kotornya, sedangkan Zio duduk di sofa menonton TV. Tangannya menggonta-ganti channel TV, sebenarnya Zio sama sekali tidak tertarik dengan layar pipih di depannya itu. Sejak dulu Zio memang sangat jarang duduk santai sambil menonton TV seperti ini.
Ia jarang memiliki waktu senggang, bila punya waktu senggang Zio akan memanfaatkannya untuk mencari informasi tentang keberadaan Ale dan kakaknya, ia juga lebih memilih untuk tidur dari pada menonton TV seperti ini.
Ale datang dengan segelas susu putih di tangannya. Ia meletakkan gelas itu di atas meja dan ikut bergabung dengan Zio. "Ah ya, aku lupa tadi aku membuat bolu kukus dengan nyonya Dee. Kau harus mencobanya."
Ale bangun dari duduknya dan melangkah ke dapur, tak lama gadis itu datang dengan sepiring yang berisikan beberapa potong bolu kukus. "Tadaaa, bolu kukus ala nyonya Dee dan Ale."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
ActionKarena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingin yang menusuk. Ia harus merasakan jatuh berkali-kali, kelembutan di hatinya sudah terampas terganti...