Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.
"Hey, apa kalian bisa menunda perdebatan ini?." Zoe menengahi mereka, pria yang memiliki iris abu-abu seperti Zio itu menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya mereka berdebat tentang gaya disaat seperti ini.
"Jadi kau mau menjaga ku tidak?!." Tanya Catherine galak menatap tajam Brad.
Brad mengembuskan nafas kencang, "memangnya aku punya pilihan lain?."
"Tentu saja tidak. "
"Sudah kuduga. "
***---***
Dor, dor, dor.
Orang-orang itu berjatuhan dikala Zio memuntahkan puluru dari senjata AK-47 tanpa ampun. Sudah ia duga ada banyak yang berjaga dilantai ini. Orang-orang itu seakan tidak ada habisnya datang menyerang.
Arvy sendiri terlihat mulai kelelahan menangkis peluru yang datang kearah mereka. Tapi ia masih sanggup untuk terus maju menemani Zio. Ia yakin mereka akan berhasil, bahkan rasa lelahnya tersingkirkan ketika melihat betapa gigihnya Zio melawan mereka.
"Sial, ada penyusup yang datang!. "
Di tengah kebisingan di lantai itu Zio masih bisa mendengar dengan jelas umpatan salah seorang anggota naga putih. Senyum miringnya kembali tercipta ia makin bersemangat melawan mereka. Bala bantuan telah datang, gadis pirang itu memang bisa diandalkan.
"Mereka mulai lengah Arvy, mari kita selesaikan masalah disini. "
Arvy melompat maju menyerang, ayunan katananya bergerak lembut dan mematikan. Dengan gerakan luwes ia menusuk dan menebas siapapun yang menghalanginya.
Crats.
Dinding putih itu sudah berubah warna penuh bercak darah, lantai bersih itu kini penuh genangan darah. Banyak tubuh yang bergelimpangan dimana-mana. Keduanya terengah kelelahan, Arvy menyandarkan tubuhnya di dinding bahunya naik turun dengan nafas yang tak beraturan.
"Aku senang, latihan ku selama ini tak sia-sia. " ujar Arvy dengan nafas yang memburu.
"Kau lihat pintu besar didepan sana?."
Mata Arvy kini mengikuti apa yang diarahkan Zio, "ya, apa itu ruangannya?."
Zio mengangguk, "kau benar. Kita sudah hampir sampai."
"Apa kalian lelah?"
Di belakang mereka Daren bertanya dengan nada polos, ada Aaron juga disana memasang tampang datar. Mereka berdua tidak membawa senjata apapun, benar-benar tangan kosong.
Kedua tangan Zio mengepal kencang hingga buku jarinya memutih. Sungguh ia sangat muak melihat wajah orang itu, "tangan kosong?."
"Ya, lelaki sejati bertarung tidak menggunakan senjata. " jawab Daren pongah, seringaian terpasang di wajahnya.
"Sekarang aku tau mengapa informasi tentang Ale sulit didapatkan. Aneh bukan kalau orang dengan jaringan luas seperti mu tidak bisa menemukan seorang anak kecil?."
"Aku juga tau kalau kau berbohong kepadaku tentang Zoe. Nyatanya ia tidak pernah pergi ke negara lain. Topeng kalian sangat sempurna, bahkan aku nyaris terperdaya. Aku sudah memberikan rasa percayaku pada kalian dan kalian sia-siakan begitu saja."
Daren tertawa kecil, "wah, wah, wah. Lihat siapa yang berbicara?. Seorang pengkhianat dari Naga Putih. Orang yang sudah di pungut dan dipelihara dengan baik kini berdiri di barisan paling depan sebagai musuh."
"Cih, kau tidak pantas membicarakan soal pengkhianat padaku. Karna kau lebih buruk dari itu!. Sungguh sangat menjijikan ketika seseorang yang lebih buruk dari pengkhianat membicarakan tentang pengkhianatan. Bukan begitu?. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
ActionKarena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingin yang menusuk. Ia harus merasakan jatuh berkali-kali, kelembutan di hatinya sudah terampas terganti...