Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.
Sosok itu menggeleng pelan, ia mundur menjauhi Zio. Tangan Zio mencekal pergelangan tangannya membuat sosok itu meringis. 'Apa terlalu kencang?.'
Mendengar ringisan itu membuat Zio mengendurkan cekalannya. Dan sosok itu memanfaatkannya dengan baik, ia segera menyentakkan tangannya yang membuat cekalan Zio terlepas dan berlari pergi meninggalkan Zio yang masih mematung.
"Apa itu kau?."
***---***
Sore ini Zio akan menemui Mr. Jamesheed. Ia berpakaian casual kaos abu-abu panjang yang ia gulung dengan celana jeans panjang. Ia tidak pernah merepotkan tentang style ataupun fashion. Ia tidak memikirkan hal itu, ada banyak hal penting di kepalanya yang harus ia pikirkan.
Mobilnya berhenti di sebuah rumah bergaya eropa. Zio membuka pintu mobilnya dan keluar. Iris abu-abunya memandang kesekitar, ia memakai kacamata hitamnya lalu segera masuk kedalam.
"Selamat datang, Tuan sudah menunggu anda di dalam." ujar seorang pelayan laki-laki menyambut kedatangannya.
Zio mengangguk sebagai respon, ia segera melangkah masuk. Banyak pasang mata yang tertuju kearahnya dan ia hanya membalasnya dengan eskpresi datar. Seorang pelayan membawanya menuju ruang tamu.
Di sana seorang pria dengan rambut yang sudah memutih duduk dengan secangkir kopi di depannya.
"Maaf Tuan, Mr. Zio sudah datang." ujar pelayan itu sopan.
Pria itu menoleh, senyum hangat terpancar di wajahnya. "Silahkan duduk, jangan sungkan."
Zio mengangguk, ia melepas kacamata hitamnya. Zio duduk di sofa yang berhadapan dengan pria itu. Ekspresinya masih sama, datar. Ia bahkan tidak repot-repot membalas senyum tuan rumah.
"Sebelumnya terimakasih karna kau mau datang Mr.Zio."
"Panggil Zio saja."
Pria itu kembali tersenyum. Seorang pelayan datang membawakan minuman dan kue-kue yang di letakkan di atas meja. "Ayo, dimakan."
Zio mengangguk, ia mengambil secangkir kopi dan meneguknya. Setelah itu ia kembali meletakkan cangkir di atas meja. "Maaf sebelumnya, saya kurang suka berbasa-basi. Bisa langsung ke inti saja?."
Pria itu tertawa, "kau memang to the point sekali. Baiklah, putriku saat ini sedang di incar berbagai orang. Aku ingin kau menjaganya bahkan bila itu harus mengorbankan dirimu sendiri. Ia putri semata wayangku, aku sangat menyayanginya, dia sangat berharga untukku. Jadi kuharap kau bisa menjaganya."
"Dan untuk bayaran jangan takut, kau tidak akan kecewa."
"Aku tidak peduli soal itu, yang penting aku bisa menyelesaikam tugas ku secepatnya. Kapan anda mencari pengawal untuknya?."
Pria itu terdiam, "untuk apa aku mencari pengawal lagi?, kau yang akan menjaga putriku."
"Tugasku selesai jika anda sudah menemukan pengawal untuk putrimu. Itu perjanjiannya. Dan aku hanya bertugas menjaganya hingga anda menemukan pengawal itu. Anda bisa menanyakan itu kepada Tuan besar nanti."
"Kau tau?, kau tidak akan menyesal jika sudah bekerja dengan ku. Jangan takut tentang bayaran." bujuk pria itu.
"Maaf, tapi saya tidak tertarik untuk itu. Saya hanya menjalankan apa yang sudah di tugaskan untuk saya."
Mr. Jamesheed menatap pemuda di depannya ini tertarik, sudut-sudur bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. 'Menarik, tak kusangka Ronald punya bidak catur seperti ini.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
ActionKarena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingin yang menusuk. Ia harus merasakan jatuh berkali-kali, kelembutan di hatinya sudah terampas terganti...