Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.
Ada rasa geli di dirinya ketika melihat benjolan yang terbilang lumayan besar berada di kepala orang yang menyerang mereka. Orang itu terlihat tak terima dengan apa yang Catherine lakukan. Orang itu maju menyerang gadis itu tapi dengan cekatan Zio langsung menariknya hingga ia terjungkal kebelakang. "Benjolan yang bagus." komentarnya dengan ekspresi datar.
Belum sempat orang itu bangun sebelah kaki Zio dengan entengnya menginjak orang itu, ia menindih dan memberikan tinjunya bertubi-tubi hingga orang itu tak sadar diri. Zio bangun dan menendang orang itu hingga terguling.
Tangannya menggenggam pisau lipat pemberian Daniel, "akhirnya aku menggunakan mu, lagi."
***---***
"Hei!, tak bisakah kau bersikap lembut pada perempuan?!." omel Catherine kencang.
Zio membalik badannya, sesaat ekspresi kaget muncul di wajahnya ketika sebuah moncong pistol yang siap memuntahkan peluru hanya berjarak dua centi dari keningnya. Tapi ekspresi itu tak bertahan lama, wajahnya kembali datar menatap seseorang yang menodongkan pistol padanya.
"Terkejut?." tanya orang itu sambil menyeringai.
Sebelah alis Zio terangkat, "menurut mu?."
Catherine menghela nafas, ia berusaha melepaskan lehernya dari tangan kekar milik orang itu. "Apa kau belum mandi?, parfum merek apa yang kau pakai?."
"Diam!, atau peluru ini akan bersarang di kepala temanmu!."
"Pemarah." cibir gadis itu kencang.
Zio memutar bola matanya, ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap cowok itu tenang. "Apa yang kau mau?."
"Tentu saja gadis ini."
"Kalau aku jadi kau, aku tak akan mau menculiknya. Dia brisik." sahut Zio sambil melirik Catherine yang kini memelototkan matanya.
Gadis itu berontak, "hei!, aku tidak berisik!. Kau saja yang terlalu sepi!."
"Akhh, hei!, sakit tau!." sambungnya sambil menarik tangan orang itu yang mengencang.
"Lepas." ujar Zio tenang.
Orang itu menatap Zio, "apa katamu?, lepas?. Menurutmu apa aku akan melepaskannya begitu saja?."
Zio diam, jarak keningnya dengan moncong pistol itu tidak berubah. "Aku tidak suka mengulang ucapan."
"Sebaiknya kau pergi, aku tidak akan segan melubangi kepalamu saat ini juga."
"Silahkan."
Raut kesal terlihat jelas di wajah orang itu. Kini jarinya bersiap menarik pelatuk, "kau akan menyesal."
Orang itu menarik pelatuk pistolnya. Dengan cepat Zio menjatuhkan dirinya kebelakang membuat peluru itu nyaris mengenainya, kaki kanannya menendang tangan orang itu hingga pistol miliknya terpental jauh.
Catherine tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia menginjak salah satu kaki orang itu kencang dengan heels 5 centi miliknya hingga ia terlepas dari kungkungan orang itu. Dengan emosi yang membara ia memberikan tinjunya di wajah dan menendang kemaluan orang itu.
"Rasakan itu!." cecarnya dengan emosi yang membara.
Masih belum puas membalaskan rasa sakit lehernya. Ia memberikan dua kali bogem di hidung dan dagu. Senyum kemenangan terpatri di wajahnya, dengan soknya ia berkata, "aku ini pernah menang lomba bela diri tauk!. Aku dapat mendali emas asal kau tau!."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
ActionKarena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingin yang menusuk. Ia harus merasakan jatuh berkali-kali, kelembutan di hatinya sudah terampas terganti...