Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.
"Kau tau?, awalnya aku terkejut melihat mu di rumah. Ku kira kau itu dia. Dan ketika kau datang besoknya aku masih tak percaya kalau kalian beda orang. Tapi setelah ku perhatikan ternyata kau bukan dia. Kalian hanya mirip, sangat mirip lebih tepatnya."
"Apa yang mirip?."
Catherine terlihat berfikir, jarinya mengetuk-ngetuk pelan dagunya. "Banyak, dari wajahmu, cara kalian berjalan, cara kalian berpenampilan, hanya ada sedikit perbedaan. Dia lebih hangat, tak seirit kau dalam berekspresi, dan dia lebih hidup. Tidak seperti kau yang terlihat seperti manekin berjalan."
"Apa aku seperti itu?."
***---***
"Apa kau tak merasa?, kau itu terlalu kaku Zio. Hampir tak pernah ada satupun ekspresi yang muncul di wajahmu, paling kau hanya mengangkat sebelah alis mu dan memutar bola mata. Hanya itu ekspresi yang sering kau tunjukan." jelas Catherine berapi-api.
Gadis itu berucap sambil mencondongkan tubuhnya pada Zio, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk wajah Zio membuat pemuda itu harus menjauhkan wajahnya kalau tidak mau matanya kena colok oleh Catherine.
Ponselnya bergetar, tangan kiri Zio merogoh kantung celananya mengambil ponselnya dari sana. Catherine yang sibuk mengoceh terpaksa berhenti karena kegiatan Zio itu. Zio menempelkan ponselnya ke telinga, "ya, ada apa Brad?."
"Halo Zio?, gawat. Mereka membawanya pergi!." ujar suara di seberang cepat.
"Siapa?, jawab dengan jelas."
"Gadis itu!, mereka membawanya Zio!. Tadi ketika Lexi ingin mengirim makan siang ada tiga orang yang datang dan membawanya pergi."
Kening Zio berkerut, "dimana yang lain?."
"Mereka diam saja, bahkan Arnold di sana melihatnya. Arnold bilang Tuan besar sudah menjualnya. Saat ini aku sedang mengikuti mereka."
"Ikuti terus, jangan sampai kehilangan jejak. Aku akan menyusul mu."
"Baiklah."
Sambungan terputus. Zio melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya lalu melirik Catherine yang kini tengah menatapnya penasaran, "apa ada masalah?." tanya gadis itu penasaran.
"Aku harus pergi sekarang. Nanti akan ada teman ku yang menggantikan tugasku sementara. Kau keberatan?."
Catherine menggeleng pelan, "tidak juga sih, tapi kau harus banyak istirahat."
"Jangan takut soal itu. Aku tidak selemah yang kau pikir."
Zio bangun dari duduknya, ia merapih pakaiannya yang sedikit kusut, "kau tunggu disini, jangan kemana-mana. Temanku akan segera datang."
"Ya,ya,ya."
"Aku pergi."
Pria beriris abu-abu itu segera melangkah pergi, ia mengirim pesan kepada salah satu temannya untuk menjemputnya karna ia tidak membawa mobil. Karena selama ia bertugas mobil itu tidak ia gunakan karena ia harus menaiki mobil yang sama dengan Catherine.
Tak butuh waktu lama sebuah mobil sedan datang menjemputnya, seseorang melambaikan tangannya lewat jendela yang di buka. Ia mendekati mobil itu, "steve, tolong antar aku ke suatu tempat."
"Kau ini, tidak bisakah kita bertukar kabar dulu?."
"Aku buru-buru, ada yang harus aku lakukan."
Zio memutari mobil, ia membuka pintu di sebelah kemudi dan masuk kedalam. "Bagaimana kabarmu?."
Steve mendengus, "kau tak cocok untuk berbasa-basi. Jadi, kemana kita akan pergi?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
ActionKarena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingin yang menusuk. Ia harus merasakan jatuh berkali-kali, kelembutan di hatinya sudah terampas terganti...