Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.
"Siapa namanya?."
"Arletta."
"Kau boleh pergi Letta." sambung Arnold mempersilahkan sosok itu untuk pergi
Sosok itu mengangguk, dengan pelan ia melangkah pergi meninggalkan kedua pria itu. "Dia sangat aneh."
"Dan juga tertutup, karena itu dia bertugas di lantai empat. Dia tidak suka keramaian."
***---***
"Ada informasi apa?." tanya Zio dingin.
Seorang pria jangkung yang lebih tua tiga tahun diatas Zio menggeleng pelan. "Dia tidak terdeteksi. Hilang bagai di telan bumi."
Zio mendengus, "kemana lagi aku harus mencarinya?."
Selama ini ia terus mencari informasi tentang keberadaan Ale. Tapi tak ada satupun informasi yang berhasil ia dapatkan. Anak itu benar-benar hilang bak tersedot ke lubang hitam. Bahkan ia sudah pergi ke berbagai negri untuk mencari keberadaan anak itu. Kalaupun dia sudah meninggal Zio tak menemukan jasadnya atau pun makamnya.
"Aaron, tolong terus cari informasi tentangnya."
Zio menatap pria jangkung di depannya. Dia Aaron salah satu orang kepercayaan Zio. Aaron memutuskan untuk mengabdi pada Zio karna ia berhutang budi pada pria beriris abu-abu itu. Nyawanya terselamatkan karna Zio. Mangka dari itu ia mendedikasikan dirinya untuk Zio.
"Akan aku usahakan semampuku." sahut Aaron.
"Ku percayakan padamu. Kalau begitu aku segera pergi. Terimakasih atas waktunya."
Zio bangun dari duduknya ia mengulurkan tanganya dan menjabat tangan Aaron. "Aku pergi."
Ia segera pergi menuju mobilnya yang terparkir rapih di depan. Sebuah mobil BMW terpakir dengan rapih ia segera mendekati mobil itu. Tangan kanannya merogoh saku celananya dan mengambil kunci mobil.
Ia berdecak ketika ponsel pintarnya bergetar di saku celananya. Segera ia mengambil ponselnya. Sebelah tangannya yang bebas membuka pintu mobil.
"Halo?, Zio?."
"Ya?."
"Sedang dimana?."
"Di luar."
"Cepat kembali. Tuan besar menunggu mu."
"Aku kesana."
Ia memutuskan sambungan telepon dan menaruh ponselnya diatas dashboard. Segera ia menyalakan mesin dan mengeluarkan mobil dari parkiran. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Baru beberapa menit ia menyetir ponsel pintarnya kembali bergetar. Tangan kirinya terulur mengambil ponsel miliknya.
"Zio, aku menemukannya!."
Dahi Zio berkerut bingung, ia melihat siapa yang menelponnya. "Ada apa Daren?."
"Aku bertemu dengannya!. Dia ada di paris!."
"Siapa?."
"Zoe!."
Zio terdiam beberapa saat. "Kirim alamatnya. Terimakasih Daren."
Sambungan terputus, ia melempar ponselnya ke atas dashboard. Sebelah tangannya mengacak rambut merah tembaga miliknya. "Disana kau sembunyi?."
Dua puluh menit kemudian mobilnya memasuki pekarangan mansion. Ia memarkirkan mobilnya tak lupa memasukkan ponselnya kedalam saku celana.
Segera ia keluar dan mengunci mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
ActionKarena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingin yang menusuk. Ia harus merasakan jatuh berkali-kali, kelembutan di hatinya sudah terampas terganti...