chapter 6

2K 193 2
                                    

Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.

"Tembak!." ujar Pak Lano.

Ia langsung menekan pelatuk itu.

Duarr.

Babi itu langsung terguling, peluru itu mengenai salah satu kaki depan babi itu. Rasa senang membuncah di hatinya, ia tersenyum puas. Akhirnya ia tersenyum, sejak kejadian itu ini adalah senyum pertamanya.

"Bagus Nak, sudah larut. Sebaiknya kau tidur, sudah menjadi tugas ku untuk menjaga tempat ini."

Zio membalikkan badannya, "terima kasih untuk pelajaran ini."

---------------------------------

Dengan senyum yang terpatri di wajahnya ia masuk kedalam pondok menggenggam erat benda itu, ia melangkah perlahan mengganjal kembali pintu dengan balok kayu dan berjalan pelan menuju kamarnya.

"Kita tidak bisa terus-terusan mengandalkan uang dari para donatur!, tabungan kita sudah menipis. Di tambah dengan kehadiran anak itu yang akan menambah beban kita!." sebuah suara terdengar dari dalam ruang kerja Alicia yang membuat Zio menghentikan langkahnya.

Merasa dirinya di bicarakan ia melangkah mendekati pintu itu, dan menempelkan telinganya pada pintu.

"Dia bukanlah beban!. Bukan kah itu memang tujuan kita membuat pondok ini untuk menampung anak-anak seperti dia?." kini suara Alicia terdengar.

Tadi sore seorang wanita yang lebih tua dari Alicia datang dengan seorang laki-laki yang sepertinya adalah suami perempuan itu. Anak-anak itu bilang mereka adalah pemilik pondok ini, mereka yang membangun pondok ini bersama keluarga Alicia.

"Kita harus cari cara agar pondok ini tetap bertahan, kalau kita gagal mempertahankan pondok ini maka terpaksa aku akan menjual tempat ini." suara perempuan itu terdengar lagi.

Hening sesaat, Zio masih terdiam menunggu kembali perkataan yang keluar dari mulut dua orang perempuan itu.

"Kita pasti bisa mempertahankan tempat ini. Aku sudah berjanji pada kakak dan adikku untuk menjaga pondok ini. Aku akan mempertahankan tempat ini." ujar Alicia suaranya tegas penuh keyakinan.

Zio kembali melangkah menuju kamarnya, tangan kirinya mengepal keras, sedangkan tangan kanannya menggenggam erat benda itu. "Aku hanyalah beban."

----------------------------------------

Dia tidak bisa tidur sedari malam, kepalanya terus memikirkan tentang percakapan Alicia dan wanita itu. Pondok ini terancam akan di jual karena kehabisan dana. Dia tidak bisa hanya berdiam diri di tempat menunggu Alicia menyalesaikan ini. Bagaimanapun ia juga harus membantu Alicia.

Ia ingat kakaknya menaruh beberapa lembar uang miliknya untuk Zio di ransel hitam miliknya. Ia menyimpan itu semua dan belum ia pergunakan.

Ia segera mengambil kembali ranselnya itu dan membukanya, hari sudah pagi anak-anak yang lain sudah melakukan perkejaan mereka hanya Zio lah yang masih berdiam di dalam kamar sendirian.

Beberapa lembar uang milik kakaknya tersimpan di gulungan kain putih yang ia temukan di dasar tas. Ia mengambil gulungan kain putih itu dari tasnya dan kembali merapihkan kembali pakaiannya di dalam tas.

Ia menutup resleting ranselnya, dan melangkah keluar menuju kamar Alicia. Ia berdiri tepat di depan pintu, dengan mantap tangannya terangkat dan mengetuk pintu kamar.

Tok, tok, tok.

"Iya sebentar." ujar Alicia di dalam kamar.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan munculah sosok Alicia yang berdiri di depannya, "Zio?, ada apa?

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang