chapter 4

2.6K 210 7
                                    

Budayakan tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih.

"Kau basah kuyup Zio. Ganti baju mu, atau kau akan kembali terbaring di kasur karena demam." kata Ale dengan sebuah handuk yang tersampir di bahunya.

Zio mengangguk, ia segera bangun. Sebenarnya basah kuyup karena hujan tak berarti apa-apa baginya, ia sudah pernah berada di sebuah bak mobil semalaman dengan udara yang sangat dingin hanya dengan baju tidur tipisnya.

Ale memberikan handuk itu pada Zio, "keringkan tubuhmu, kau bawa baju ganti?, atau mau memakai pakaian Daniel saja?."

"Aku bawa baju ganti." katanya sambil menunjukkan kaus lengan panjang miliknya lalu mengambil handuk itu dan berjalan memasuki kamar laki-laki untuk mengambil celana.

-------------------

Pagi yang cerah, matahari sudah duduk dengan gagah di singgasananya. Burung-burung berkicau dengan merdu, terdengar kokokkan ayam dan lenguhan sapi di kandangnya. Pagi disini sangat berbeda dengan paginya di kota.

Udara di sana tak sesejuk dengan udara di sini, tak terdengar kokokkan ayam ataupun lenguhan sapi, yang ada hanya suara bising kendaraan yang berseliweran. Pagi ini anak-anak sudah siap dengan tugas mereka masing-masing.

Ale dan Zella menyirami dan mengurus tanaman di kebun, Senna mencari bahan untuk di masak, Nino dan Alex mereka mengasih pakan Ayam dan memancing, Daniel mencari kayu bakar di hutan, sedangkan Zio ia akan membuat rumah baru untuk anjing yang ia temukan di sungai.

Mereka sudah bergegas mengerjakan tugas masing-masing, termasuk Zio ia tengah sibuk memotong papan dengan gergaji. Anjing itu duduk di sampingnya matanya tak lepas memperhatikan setiap gerakan Zio.

"Errraak!." anjing itu menyalak ekornya bergoyang kesana-kemari.

Kondisi hewan itu sudah membaik, berkat obat yang di berikan oleh Alicia. Perempuan itu memang berbakat. Zio mengukur papan itu dengan penggaris besi panjang milik Alica, ia akan membuat rumah anjing sederhana.

Lima buah papan yang di beli Pak Lano dari desa sebelah terpotong rapih menjadi enam buah. Empat bagian dengan ukuran yang sama di gunakan sebagai dinding kanan, kiri, depan dan belakang. Ia membuat sebuah lubang tempat untuk anjing itu masuk ke dalam.

Peluh menetes di dahinya, ia terus memotong papan itu dengan gergaji manual. Sudah hampir setengah jam ia memotong papan-papan ini.

"Zio?." panggil Senna membawa sekeranjang sayuran untuk di masak.

Gerakan Zio terhenti, ia menoleh pada Senna mengusap keringatnya dengan punggung tangannya, ia mengangkat sebelah alisnya menatap Senna bingung.

"Perlu sesuatu?." anak perempuan itu berjongkok meletakkan sekeranjang sayurannya di tanah, ia mengusap anjing itu dengan lembut.

Zio menggeleng, "tidak, terimakasih."

Senna mengangguk, mengambil kembali keranjangnya dan bangun dari jongkok, "yaudah, aku ke dapur dulu. Ibu sudah menunggu."

Zio diam, hanya anggukan kecil darinya sebagai jawaban. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya memotong papan. Zio menyuruh anjing itu untuk melewati lubang yang ia buat agar tau ukurannya terlalu kecil atau tidak.

"Erraak, raakk!." anjing itu kembali menyalak ketika melewati lubang itu.

Lubangnya pas untuk tubuh anjing itu, sekarang ia harus membuat atap untuk rumah anjing. Ia kembali memotong dua bagian papan untuk membuat atap. Mengukur dengan penggaris besi milik Alicia, lalu memperapih potongannya.

Hari sudah cukup siang Daniel datang membawa setumpuk kayu-kayu dengan sebuah kapak yang diikat dengan tali tersampir di pundaknya. "Kalau perlu bantuan bilang saja tak usah ragu."

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang