2

1.3K 96 8
                                    

Semua orang melihat kearah Temari yang sedang memapah Kabuto yang kini dibantu Itachi menuju ruang UKS.

"Apa anak itu yang katanya mengadu ke sensei Jiraya kalau Shikamaru menyontek ?"

"Kurasa iya. Tapi apa yang dia pikirkan coba ? Kan tau sendiri dia bisa dikeluarkan dari sekolah dalam satu hentakan jari. Mentang mentang pinter kali ya,"

"Tau ah... Anak sok pahlawan kayak gitu juga ujung ujungnya jadi pecundang, ayo ! Kantin ! "

Kabuto meneguk ludahnya sendiri. Hal yang paling dibencinya adalah dibicarakan orang lain. Apalagi saat dia tahu dia yang dibicarakan.

"Jangan takut... Aku membelamu kok. Aku tahu kamu cuman berusaha mencoba baik. Tapi kumohon. Jangan lagi mengadukan Shikamaru ke guru... Dia akan kena imbasnya sendiri. Aku khawatir kau akan terluka lagi seperti ini,"

Kabuto yang mendengar kata Temari merasa kecewa. Dia tahu perbuatannya tidak salah. Tapi jika ada yang tidak mendukung perbuatannya yang benar... Rasanya sakit seakan perbuatan itu salah dimata orang.

"I...iya," kata Kabuto sambil menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Ugh... Sebentar lagi kita sampai," Itachi berkata demikian sambil menahan beban berat pada bahunya.

Mereka bertiga sampai di sebuah UKS kecil yang ada di samping ruang guru. Mereka mendudukkan Kabuto pada sebuah kursi panjang yang berada di samping UKS.

"Kalian tunggu di sini. Aku akan memberitahukan kekerasan ini pada guru BK,"

Temari mengangguk dua kali tanda mengerti. Itachi yang setengah berlari ke ruang guru yang ada di lantai atas perlahan menghilang dari pandangan Temari dan Kabuto yang masih meringis kesakitan.

"Kau berasal dari mana ?" Kepala Temari kini saling berhadapan dengan kepala Kabuto yang hanya diam memandang kedua bola mata Temari yang berwarna jade green.

Kabuto memperbaiki sebentar posisi kacamatanya yang sebenarnya tidak salah.

"K...konoha," Kabuto menjawab dengan pelan sambil menahan sakit. Temari membulatkan mulutnya sambil mengangguk anggukkan kepalanya.

"Kukira kau dari desa lain. Namamu siapa ? Aku Temari. Salam kenal," Temari tersenyum manis sambil mengangkat tangannya ke atas udara.

"Kabuto... Yakushi. Salam kenal juga," Kabuto menjawab pertanyaan Temari sambil tersenyum balik.

'Aneh. Kenapa hatiku terasa panas ya. Apa ini karena luka ? Aneh,' Kabuto berkata dalam hati sambil terus memandangi dalam dalam muka temari yang tersenyum sambil menyipitkan matanya.

Itachi datang menghampiri mereka. Dibelakang Itachi, Tsunade-sensei yang merupakan kepala pengurus UKS mengikuti langkah Itachi.

Tsunade-sensei menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang disilangkan ketika melihat kondisi Kabuto yang penuh dengan memar dimana mana bahkan di kaki dan tangan.

"Yaampun, apa masih sangat sakit ?"  Tsunade-sensei yang tadi berada di belakang Itachi kini berlari pelan mendahului Itachi.

"T... Tidak juga sensei. Sudah mendingan," Jawab Kabuto yang masih tergagap gagap.

Tsunade menuntuh Kabuto memasuki ruang UKS dan mensterilkan luka luka di tangan Kabuto.

Kini tersisa Temari dan Itachi.

Beduaan.

Pipi Temari menjadi merah. Apalagi melihat raut muka cool Itachi. Hati Temari berdetak kencang dan cepat.

"Rambut Aneh !" Suara itu membuat  hati Temari memanas. 'Si nanas jelek itu !'

"APA HAH NANAS BUSUK JELEK SOK KEPINTERAN ?!" Sontak Temari menoleh ke arah belakang. Tepat dugaannya, Shikamaru berdiri dengan gaya santainya sambil memainkan rokok di tangannya.

"Tidak apa apa. Aku hanya merasa menyesal karena sudah memukul si culun itu," Shikamaru berjalan mendekati Temari. Temari menoleh ke arah belakang, tau tau Itachi sudah melesat ke kelas duluan.

"Ugh ! Apa sih ? Kenapa sok peduli begitu ? Mana teman se-genk mu ? Jangan bilang kalau kau sedang dicampakkan ya ? Kasihan sekali," Temari berkata sambil memasang raut prihatin. Shikamaru hanya santai menanggapi perkataan Temari.

"Mereka, sedang menyalin pr," Shikamaru lalu memainkan rokoknya di mulutnya. Temari syok melihat perilaku Shikamaru yang menurutnya keterlaluan.

"Apa yang kau lakukan ?! Apa kau gila ? Aku tahu kau memang gila, tapi tidak begini juga !" Temari meraih rokok yang BELUM dinyalakan.

"Wahh, kau peduli padaku juga ya rupanya ?" Shikamaru tersenyum menggoda. Temari menginjak injak rokok itu sampai isinya keluar.

"BUKAN BEGITU ! Aku hanya merasa prihatin karena jika itu terjadi kau akan dikeluarkan dan aku tidak punya musuh lagi," bantah Temari.

"Bukankah itu sama saja ? Kau prihatin bukankah itu bisa disinonimkan dengan perhatian ?"

"Terserah ! Aku tidak peduli," Temari meraih rokok yang dia injak lalu melemparnya asal ke arah Shikamaru.

Gangster Boy (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang