1

2K 112 6
                                    

Temari mengetuk ngetuk pelan telunjuknya pada mejanya. Kepalanya ia tundukkan seakan berbaring ke meja. Tangan sebelahnya ia goyang goyangkan tanpa ada maksud tertentu.

Seperti tersambar petir, dia dengan tiba tiba berdiri tegak. Tangannya ia telengtangkan di atas meja sambil berkata, "Aku Tahu !"

"Ada apa Tem ?" Ino teman sebangkunya terheran heran dengan sikap Temari yang kadang konyol kadang cerdas.

"Ino-chann... aku berniat memberi coklat untuk Itachi-kun. Senior kita ituloh... tapi gimana ya ? Dia kan sibuk. Aku juga gak tahu rasa favoritnya apa. Masa aku tanya Sasuke sih ? Dia kan satu genk sama Shika jelek nanas. Malu lah rasanya... gimana dong No ?" Ino menganguk anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Temari. Temannya satu ini memang suka sekali dengan seniornya. Meski kadang Ino merasa risih dengan sikap kekanak kanakan Temari.

"Yasudah, tanya Sasuke. Siapa tahu dia tahu kesukaan kakaknya apa," Ino memberikan usul yang apa adanya. Ternyata, ocehan Temari dari tadi tidak didengar Ino yang sibuk melamun. Lebih tepatnya, bagian

Temari memasang raut muka datar dengan rasa kesal dalam hati. Dia kesal dengan teman fashionablenya ini. Itu ide yang dibenci Temari. Apa Ino tidak mendengarkan penjelasan Temari ?

"Ah aku tidak bisa mengandalkanmu," akhirnya Temari keluar kelas sendiri dan entah mau kemana dia."Ish anak itu... tadi minta tolong. Pas dibantuin malah protes," Ino menggerutu kesal.

"Napa No ?" Sakura, Hinata, Tenten menghampiri tempat duduk Ino. "Tau tuh Tema. Tadi dia minta tolong. Pas dikasih tau malah sikapnya ogah ogahan. Kan kesel,"

"Emang dia minta apa ?" Kata Tenten lalu duduk di sebelah Ino yang memasang wajah masam.

"Biasa... dia pengen kasih coklat buat Itachi-senpai. Tapi dia bingung coklat kesukaan Itachi-senpai apa. Makanya kubilang tanya aja sama Sasuke. Eh dia malah bete," kata Ino sambil memalingkan mukanya.

"Kenapa coba tanya sama Sasuke ? Tanya langsung aja sih sama Itachi-senpai. Ngapain tanya sama pangeran es kayak dia," kata Sakura kesal. Selalu sikapnya begitu ketika membahas Sasuke.

"Iya, genk mereka kan anak nakal seantero. Apalagi Sai. Sikapnya yang sok baik didepan guru tapi belakangnya nyebelin kayak nyamuk. Tapi gila aja Saku, masa tanya sama gebetan sendiri ?" Sakura bengong sendiri menyadari kebodohannya.

"Eh iya," Sakura memasang wajah tanpa dosa sambil nyengir sendiri membuat Ino geleng geleng kepala.

Temari berjalan menjelajahi koridor lantai tiga, lantai kelasnya. Samar samar, terdengar sebuah suara yang berasal dari gudang lantai tiga. Suara tonjokan dan rintihan kesakitan. Tanpa basa basi, Temari berlari kearah gudang itu. Dia tahu siapa pelakunya. Dan dia sangat membenci pelaku itu.

Temari mendorong dorong pintu yang sepertinya terkunci dari dalam. 'Masih sempat,' batin Temari dalam hati ketika selesai melirik jam tangan toscanya.

Dengan kecepatan tertinggi yang dia bisa, dia segera menuju ke tempat berkumpulnya karyawan karyawan sekolah di lantai dua. Dan dia hanya menemukan Itachi senpai. Bel sebentar lagi berbunyi. Dan hanya Itachi yang bisa membantu dia.

"Itachi senpai ! Bantu Temari ya ! Sepertinya ada orang yang terkunci di gudang lantai tiga. Tadi Temari dengar ada suara teriakan. Cepat senpai ! Waktu kita hanya sisa 7 menit lagi !" Kata Temari panik. Selaku ketua osis, Itachi hanya menuruti perkataan Temari. Tanpa berkata apa apa, mereka segera ke lantai tiga.

Dengan dua kali dorongan keras dari Itachi, pintu terbuka dan menimbulkan suara berisik. 'Leganya, untung pintu kayu. Jadi easy deh,' batin Temari lagi.

Selalu dan selalu benar dugaan Temari. Mata Temari tertuju ke arah seorang anak yang sepertinya sudah pingsan dengan darah yang mengalir lewat kedua lubang hidungnya. Ditambah banyak sekali bekas bekas tonjokan tonjokan. Nyaris berwarna biru.

Temari mengalihkan perhatian ke arah sekelompok kawanan di depannya. Dengan pandangan amarah, Temari maju kearah mereka yang memasang muka datar dan cuek. Temari menggepalkan tangannya keras karena kesal.

Itachi mengangkat tangannya 90° yang artinya meminta Temari untuk berhenti. Temari menoleh ke arah Itachi. Itachi dengan raut muka yang ganteng (menurut Temari dan Nao 😁) menghampiri mereka yang terlihat cuek. Muka yang tegas ditunjukkan oleh Itachi sambil berjalan santai.

Dia mendekati adik bungsunya lalu menarik kuat kuat kerah bajunya. Sementara Sasuke tetap pada raut mukanya. Santai dan cuek. Sedangkan Temari sudah takut takut dan menutup mulutnya duluan.

"Berapa kali harus kubilang heh ?! Kau benar benar memalukan margamu sendiri Sasuke. Bergaul dengan anak anak seperti mereka memang apa gunanya ?! Tou-san dan kaa-san tidak pernah bangga padamu. Termasuk aku yang malu mempunyai adik sepertimu. Kau akan kuadukan ke tou-san dan mendapat hukuman dari guru," kata Itachi marah tanpa melepaskan tarikannya dari kerah baju Sasuke.

"Aku tidak takut padamu kak... terserah aku mau bergaul dengan siapapun. Terserah kau mau mengadukanku ke siapapun. Dikuliti hidup hidup juga tidak apa apa. Aku sudah terbiasa. Tidak seperti anak pewaris perusahaan sepertimu yang paling disayangi oran orang. Lihat itu Itachi yang pintar. Sedangkan aku ? Ada yang sadar  Keberadaanku ? Cih," kata Sasuke tenang meski hatinya memanas. Dengan kecepatan kilat, dia melepas cengkraman Itachi pada kerah bajunya. Itachi hanya membiarkannya. Sambil menghadap ke arah lain.

Itachi mendekati anak yang dibully lalu menyuruh Temari menghampirinya. Mereka berlima terdiam sejenak melihat perilaku si ketua osis dan perempuan ikat aneh.

"Kau tidak apa apa ?" Tanya

Anak itu tidak manjawab. Dia hanya mengangguk sambil gemetaran ketakutan.
Membuat Temari prihatin padanya.

"KEJAM ! KALIAN KEJAM !" Temari berteriak dengan kesal sambil menutup matanya. Dia lalu memapah korban pembullyan Shikamaru dan teman-temannya.

"Cih... Lebay," kata Shikamaru cuek.

Laki laki yang ternyata bernama Katoushi menyeka sudut bibirnya yang agak berdarah sambil memperbaiki letak kacamatanya. Tangan sebelah kananya merangkul pundak Temari. Pinggangnya dipeluk erat agar tidak jatuh oleh Temari.

Itachi mengikuti langkah Temari dari belakang tanpa berniat membantunya. Entah apa yang dia renungkan sambil menunduk nunduk.

Kelima orang itu hanya membiarkan mereka lewat. Bukan karena takut akan dihukum. Tapi karena mereka merasa sudah cukup puas membuat anak berkacamata itu ketakutan.

Gangster Boy (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang