24

1.1K 74 2
                                    

2 Days Later,

Shikamaru menatap nanar pemandangan malam perumahan mewah tempatnya tinggal sekarang. Ia kembali menyesap putung rokok yang sudah lama tak ia sentuh.

Setelah pemakaman ibunya tadi siang, Shikamaru sama sekali tidak terlihat hidup. Wajahnya pucat pasi. Tatapannya sangat kosong. Seakan masih tak bisa percaya dengan apa yang ia alami sekarang. Bahkan kini ia kembali menyesap rokok yang terjepit manis di kedua jari panjangnya.

Sedangkan dari dalam kamar, Temari terus menghembuskan nafasnya kesal. Ia juga cukup sedih dengan keadaan calon ibu mertuanya yang meninggal bahkan sebelum melihat anaknya menikah.

Tetapi egonya bahkan mengalahkan belas kasihan dalam dirinya. Ia sangat ingin memberi pelukan hangat pada Shikamaru. Tetapi ia takut jika Shikamaru menolaknya. Ia juga masih merasa gengsi jika memeluk Shikamaru yang notabenya adalah musuhnya.

Tetapi, malam ini Temari ingin mengalahkan egonya. Iapun bangkit berdiri dan berjalan menuju balkon kamarnya. Tempat Shikamaru berdiri sambil menyesap rokoknya. Tatapan kosong itu seolah mengisi harinya hari ini.

Temari berdiri dibelakang Shikamaru. Dengan gerakan cepat, ia mengambil rokok Shikamaru dan mematikannya di asbak yang ada di meja.

Shikamaru awalnya cukup kaget. Tetapi ia langsung mendecih ketika mendapati Temari yang sengaja mematikan rokoknya.

"Sudah kubilang berapa kali hem ? Jangan merokok didepanku atau aku akan membakarmu seperti kau membakar rokokmu itu," kata Temari kesal. Ia lalu berpaling menghadap Shikamaru yang melirik sinis kearah lain.

"Tch ! Mengganggu sekali kau," kata Shikamaru sinis. Tetapi Temari tidak mengambil hati perkataan Shikamaru. Ia malah semakin menipiskan jaraknya dengan Shikamaru.

Puk !

Tanpa aba aba, Temari langsung memeluk Shikamaru dari belakang. Ia menyenderkan kepalanya di leher Shikamaru dan melirik dengan sendu kearah samping. Ia mengerti perasaan Shikamaru. Karena ia sendiri juga pernah mengalami itu. Ditinggal kedua orangtua memang sangat berat rasanya.

Setidaknya mereka harus bersyukur karena hidup mereka lebih baik. Ketimbang anak anak di panti asuhan yang sama sekali tidak punya siapa siapa lagi kecuali kakak pembimbing dan teman sepernasib mereka.

"Jangan begini. Aku tak suka melihat raut sedihmu itu. Sangat berbeda dengan Shikamaru yang kukenal di sekolah," kata Temari pelan.

"Tch ! Jangan sok tau. Ini urusanku. Menyingkir dariku sekarang," kata Shikamaru kesal. Ia-pun mencoba melepaskan pelukan Temari. Tetapi Temari tidak peduli. Temari malah semakin mengeratkan pelukannya lalu memejamkan mata seakan ia adalah anak ayam yang tidak mau lepas dari induk ayam.

"Memangnya hanya kau yang kehilangan orangtuamu ?" Temari membalikkan posisi Shikamaru paksa. Iapun meraih muka tampan Shikamaru menghadap dirinya. Meskipun Shikamaru tetap melirik kearah lain.

"Dengar, aku sangat sangat mengerti perasaanmu seperti apa. Tapi ini sudah berlangsung dua hari. Apa kau tidak memikirkan kakekmu atau teman temanmu ? Mereka juga pasti merasa sedih jika kau bersikap seperti ini. Lihat tubuhmu. Bibirmu pucat pasi dan kau terlihat seperti mayat hidup. Kau bahkan tidak memakan makananmu seharian," oceh Temari. Shikamaru menyimaknya meski rasanya cukup menyebalkan ketika ada orang yang menasehatimu.

"Aku tau rasanya. Aku juga kehilangan orangtuaku sama seperti dirimu. Tetapi, aku tidak seperti dirimu. Aku punya Gaara dan Kankuro yang menemaniku tiap hari. Aku tidak akan bersedih terlalu lama karena aku masih memikirkan keluargaku dan teman temanku. Mereka mengkhawatirkanku. Dan aku paling benci membuat orang khawatir. Apa kau pernah berpikir seperti itu ? Membuat orang khawatir adalah rasa yang tidak enak bukan ?" Lanjut Temari.

"Jadi, jangan merokok lagi dan bersikap seperti mayat hidup. Setidaknya kau harus bersyukur masih ada kakekmu dan teman temanmu. Jangan juga melupakan fakta bahwa...-"

"Aku akan selalu menemanimu disini. Tidak peduli dengan rasa benciku padamu. Tetapi aku hanya tidak ingin orang yang dekat denganku merasa tidak mempunyai harapan hidup," Temari mengakhiri pidatonya. Ia menatap dalam mata Shikamaru dengan tatapan meyakinkan.

Shikamaru juga membalas tatapan Temari. Dan di detik berikutnya, perbuatan Shikamaru sukses membuat Temari melotot.

Shikamaru menciumnya. Tepat di bibirnya. Ini sudah ciuman kedua yang diambil oleh Shikamaru sendiri. Shikamaru bahkan melumat bibirnya. Ia menyesap bibir rasa lemon milik Temari yang seakan menjadi candu baginya.

Tangannya tak tinggal diam, ia meraih tengkuk Temari untuk memperdalam lumatannya. Ia mengigit kecil bibir bawah Temari. Hal itu sukses membuat Temari membuka mulutnya.

Memberikan akses lebih untuk Shikamaru bermain di rongga mulutnya. Shikamaru mengabsen satu persatu gigi Temari. Mengajak lidah Temari untuk menyamakan permainannya.

Lama lama, Temari semakin terbuai dengan lumatan Shikamaru. Ia meremas rambut nanas Shikamaru dan mencoba menyeimbangkan permainan Shikamaru.

Merasa pasokan udaranya menipis, Shikamaru dan Temari kompak melepaskan panggutan mereka. Masih terdapat bekas saliva mereka yang tercampur satu ditiap sudut bibir masing masing.

"Sudah malam. Ayo tidur," kata Shikamaru singkat. Ia lalu tersenyum manis layaknya malaikat polos. Membuat hati Temari mendadak berdebar.

Tak perlu menunggu balasan Temari, Shikamaru langsung menggandeng Temari dan menuntunnya ke kasur kamar. Mereka naik perlahan dari sisi yang berbeda.

Sebelum menutup matanya, Shikamaru memandang sejenak wajah putih Temari yang cantik bagai bidadari. Shikamaru juga merasa hatinya semakin berdebar ketika melihat ekspresi malu malu yang ditunjukkan Temari.

"Ayo pacaran,"

"Hah ?!" Temari terkejut. Bagaimana tidak terkejut jika seseorang yang sudah lama menjadi rivalmu tiba tiba mengajak pacaran ?

'Sepertinya pendengaranku baik baik saja' batin Temari dalam hati sambil tetap mempertahankan ekspresinya.

"Aku serius. Semakin kupikir pikir, aku semakin menyukaimu. Aku tau kita adalah musuh di sekolah. Tetapi aku tak bisa menyangkal perasaanku yang perlahan menerimamu. Aku pernah mencoba memendamnya. Tetapi aku tak bisa. Kedekatanku denganmu membuatku semakin merasa bahwa-" Shikamaru menghentikan ucapannya. Ia memejamkan mata dan mulai timbul semburat merah dikedua pipinya.

"A-aku... m-mencin-taimu,"

"HAH ?!"
***

Lebih pendek dari yg biasa 😥😥

Gaje banget iya maaf :))
Vomment please~ :*

***
©Natasya_Nara27

Gangster Boy (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang