"Adalagi cinta yang lebih menyakitkan daripada yang tak terbalas, yaitu yang bahkan tak tersampaikan."
-Rama Devano Rashaad-
------------------------------------------------------------Andhita menundukkan kepala, hingga poni menutupi sebagian wajahnya, ia berjalan sambil tetap mengikuti langkah Reynand. Sepanjang koridor sekolah yang dilalui, pandangan semua murid tertuju pada mereka berdua. Batin Andhita tak bisa tenang, sedangkan raut wajah lelaki di sampingnya tak sedikitpun terlihat berekspresi. Gadis itu masih bisa mendengar jelas teriakan panggilan dari beberapa siswi yang ditujukan kepada Reynand, dan deretan pertanyaan yang saling mereka lemparkan tentang identitasnya. Ia sama sekali tak menyangka ternyata Reynand lebih terkenal dari yang ia bayangkan.
Untunglah Reynand membawanya berjalan cepat, jadi mereka bisa cepat-cepat masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di depan halaman sekolah.
"Jalan, Pak," perintah Reynand sesaat setelah ia duduk di dalam mobilnya.
Andhita menghela napas lega, setidaknya sekarang ia bisa terbebas dari kerumunan orang-orang yang penasaran tentang hubungannya dengan Reynand.
🍁🍁🍁
Andhita menghempaskan tubuhnya ke kasur, masih dengan seragam sekolah lengkap. Belum sampai 10 detik ia memejamkan mata, ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.
Tanpa membaca nomor ataupun nama yang tertera di layar, ia segera menolak panggilan itu, tak peduli urusannya penting atau tidak. Ia sudah cukup pusing mengingat kejadian di sekolah tadi.
Ponsel itu kembali berdering, dan sama seperti sebelumnya, ia menolak panggilan masuk itu.
Sekali lagi, ponselnya berbunyi. Akhirnya gadis itu membaca informasi yang masuk. Hanya terdapat nomor telepon tak dikenal di layar ponselnya. Andhita pun menjawabnya.
"Hallo? Ini siapa ya?" tanya Andhita malas.
"Ini Reynand," jawab lelaki itu dari seberang telepon. Mendengar suara Reynand yang cukup khas, Andhita segera melompat bangkit dari posisi tidurnya, ia pun duduk di sisi tempat tidur.
"K-kak Reynand? A-ada apa?" Entah kenapa Andhita malah jadi gelagapan sendiri.
"Nanti jam 7 malam gue jemput, kita ada fitting baju untuk acara pertunangan nanti," ujar Reynand to the point.
"What?!" pekik Andhita refleks.
"Kenapa?" tanya Reynand heran.
"Oh, ng.. ngga pa-pa, sih," jawab Andhita sekenanya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya karena gugup.
"Yaudah, gitu aja."
"Ok, bye," tutup Andhita. Tanpa menunggu ucapan Reynand lagi, ia segera menutup telepon itu.
🍁🍁🍁
Tepat pukul 7 malam, Andhita sudah siap dengan pakaian casual berupa kaus lengan panjang dan celana jeans. Tak perlu berdandan lama, ia hanya mengenakan bedak bayi untuk wajahnya dan lip balm agar bibirnya tak terlalu terlihat pucat. Tapi Reynand belum juga datang menjemputnya.
Sambil menunggu Reynand, ia mengecek kembali buku-buku pelajaran sekolahnya untuk besok dan memindahkannya ke dalam tas.
"Kak! Kak Dhita!" Denny mengetuk pintu kamarnya dengan brutal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynandhita
Teen Fiction[Completed] Mengisahkan seorang siswa bernama Reynand Putra Nandathama, yang dijuluki sebagai 'Ice Prince' di sekolahnya. Hidupnya nyaris terlihat sempurna bagi kebanyakan orang. Namun, menjadi putra mahkota penerus kekuasaan Nandathama Group sama s...