Kamu tidak berkewajiban untuk menahan semua beban hidupmu sendirian.
Kamu boleh mengizinkan orang lain membantumu untuk meringankannya.
________________________________________
"Seharusnya kamu segera bilang dan tidak menunggu sampai pingsan seperti tadi, Rey," gemas Dr. David. Dokter itu masih belum puas mengomeli pasiennya yang satu ini.
Setelah melihat hasil pemeriksaan yang ditunjukkan secara berulang-ulang. Dokter itu sama sekali tak bisa menahan dirinya untuk diam saja tanpa mengomeli Reynand.
"Saya yakin kamu sudah tau apa yang akan terjadi saat merasakan tandanya.
"Saya dengar, kamu pusing dan keluar saat jam pelajaran. Lalu kenapa kamu tidak pergi ke ruang kesehatan atau menghubungi saya?
"Kamu anak yang cerdas, Reynand. Tapi saya tidak mengerti kenapa kamu melakukan tindakan bodoh seperti tadi? Tindakan yang bisa membahayakan nyawa kamu sendiri," keluh dokter itu panjang lebar.
Dokter itu memijat dahinya sejenak, beralih dari setumpukan kertas-kertas yang semakin dibaca semakin membuat kepalanya terasa berdenyut, ia menatap raut wajah Reynand yang nampak diselimuti perasaan bersalah.
Anak itu menunduk dalam-dalam, hanya memandangi meja di hadapannya dengan pandangan kosong, tak mengatakan sepatah katapun selama mendengar ceramahnya.
"Maaf," ucap Reynand kemudian.
Tanpa terduga sebelumnya, Dokter itu mendadak melebarkan tatapannya ketika mendengar suara isakan pelan yang Reynand keluarkan.
"Reynand?"
"Saya memang merasakannya. Saya minta maaf karena saya tidak bijak dengan mengira kalau kali ini saya bisa mengatasinya sendiri, seperti yang sering saya lakukan sebelumnya." Meski sudah berusaha untuk tenang saat mengucapkannya, suara anak itu tetap saja terdengar gemetar dan penuh emosi.
"Saya tidak menduga kalau sesak yang saya rasakan bisa sekuat tadi hingga membuat saya kehilangan kesadaran.
"Saya bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Pak Bimo serta pihak medis di sekolah tidak datang tepat waktu dan segera memberikan pertolongan."
Lelaki itu kini mengangkat wajahnya, menatap manik gelap sang dokter yang entah sudah berapa kali menyelamatkan nyawanya.
"Tapi, Dok,
"Sejak pagi tadi, aktivitas paling berat yang saya lakukan hanyalah berjalan lewat tangga.
"Sejak saya diizinkan untuk pulang, saya bahkan tidak pernah telat minum obat.
"Lalu kenapa saya masih harus merasakannya?"
Reynand menghentikan kata-katanya. Perasaannya begitu hancur begitu ia menyadari fakta menyakitkan itu. Ia telah berusaha, tapi kenapa takdir sama sekali tak berbalik membalas usahanya?
"Maaf, saya sama sekali tidak berniat mempertanyakan kemampuan anda sebagai—" Seketika Reynand jadi merasa bersalah karena kata-katanya mungkin bisa menyakiti perasaan Dr. David.
"It's okay. Luapkan semuanya, Rey," potong dokter itu.
Reynand bergeming. Ia memilih menahan diri. Lelaki itu menghapus air matanya yang tak berhasil terbendung sambil menekan kuat bagian dadanya dengan sebelah tangannya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynandhita
Ficção Adolescente[Completed] Mengisahkan seorang siswa bernama Reynand Putra Nandathama, yang dijuluki sebagai 'Ice Prince' di sekolahnya. Hidupnya nyaris terlihat sempurna bagi kebanyakan orang. Namun, menjadi putra mahkota penerus kekuasaan Nandathama Group sama s...