• 68 •

20.3K 2.1K 883
                                    

Kenapa kamu harus menghindar kalau kamu bisa menghadapinya? Kamu tau kalau kamu nggak bisa lari dari hal itu, lalu kenapa nggak coba cari cara untuk nikmati?

Andhita Zheanna Devaliant
__________________________________________

Warning! 4000+ words

Begitu memasuki kompleks perumahan Andhita, Reynand segera melepaskan nasal cannula yang ia kenakan selama perjalanan. Beruntung baginya, Meysha dan Alfi sedang tak ada di rumah, sehingga pagi ini ia tak perlu turun dari kendaraan untuk menyapa mereka. Anak itu masih anteng menyandarkan tubuhnya ketika mereka sudah sampai di depan rumah Andhita.

Reynand
Aku udah di depan

Andhita
Yea, i kno
wait

Reynand menyimpan ponselnya, beralih mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Tak lama, Andhita pun keluar dari rumahnya. Gadis itu melangkah cepat karena tak ingin membuat Reynand menunggu terlalu lama.

Sama seperti Reynand, pagi ini Andhita mengenakan vest. Hanya saja, tak seperti Andhita, Reynand tetap mengenakan jaket almamaternya. "Morning!" sapa Andhita ketika pintu baru saja terbuka.

Meski Reynand masih bersandar lemah di tempat duduknya, ia ikut tersenyum tipis begitu melihat senyum ceria yang Andhita pancarkan. "Morning," balas anak itu.

"Hey, are you okay?" tanya Andhita tiba-tiba, segera setelah ia menyadari kalau Reynand terlihat tak bertenaga pagi ini.

Reynand tak bersuara, ia tak berharap Andhita segera menyadari hal ini seperti ayahnya tadi pagi. Sekilas, Reynand membalas tatapan khawatir yang ditunjukkan Pak Bimo dari mirror view sebelum kembali menatap Andhita. Hanya dengan melihat iris terangnya, bapak itu paham kalau Reynand baru saja memintanya untuk tak mengatakan apapun kepada Andhita.

Melihat lelaki itu tak kunjung menjawab, Andhita menarik sebelah tangannya, menggenggam jemari Reynand yang kini terasa agak dingin. "Kamu lagi kurang enak badan?" tanyanya.

Reynand membalas genggaman hangat itu dengan lembut, "Nggak, kok," jawabnya, sambil menarik tangan Andhita ke dekatnya. "Ayo berangkat, Pak," pinta Reynand kemudian.

Reynand kembali memejamkan matanya meski ia tak melepaskan genggaman tangan Andhita selama perjalanan. Melihat Reynand seperti ini, Andhita bukan hanya tau, tapi juga paham dengan situasi apa yang terjadi dan sedang berusaha Reynand tutupi. Sayangnya, meski khawatir, ia tak bisa bertanya karena Reynand kini memejamkan matanya. Masih sepagi ini, Reynand sudah terlihat begitu lelah.

Reynand baru kembali memperlihatkan iris terangnya ketika mendengar klakson yang Pak Bimo bunyikan untuk menyapa security di pos samping gerbang. Dari kejauhan, ia melihat kendaraan Rama baru saja berhenti di depan lobby. Melihat jarak yang sudah semakin dekat, Reynand beranjak menegakkan posisi tubuhnya. Lelaki itu melepas genggaman tangan Andhita agar ia bisa mengambil tas.

Dalam diam, Andhita mulai merapihkan seragamnya tanpa melepas perhatiannya dari Reynand. Sepanjang perjalanan, ia menunggu Reynand bicara. Namun, tanpa mengatakan apa-apa, Reynand langsung keluar dari kendaraan setelah Pak Bimo membukakan pintu untuknya. Andhita yang melihat hal itu hanya bisa tertegun di tempat, memandang keluar dari jendela di seberangnya hingga Reynand menghilang dari pandangan.

"Kamu lagi lihat apa?"

Sesaat, batin Andhita tersentak ketika mendengar suara berat itu. Ia menoleh dan jantungnya segera saja berdegup kencang ketika mengetahui fakta kalau ternyata bukan Pak Bimo yang membukakan pintu untuknya, melainkan Reynand. Ia kira, tadi Reynand langsung meninggalkannya.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang