"Aku bukan sedang merindukanmu, aku hanya sedang memikirkanmu.
Ya, sebenarnya aku tau kalau itu sama saja..
Aku hanya malu untuk mengakuinya."-
-------------------------------------------------------------Raffa baru saja pulang. Masih mengenakan seragam sekolah lengkap, anak lelaki itu turun dari kendaraannya. Langit masih terlihat mendung, rintik hujan kecil yang terbawa angin juga tak kunjung henti sejak tadi siang. Tapi cuaca buruk itu tak menghalanginya melangkah menuju pintu masuk sambil tersenyum cerah.
Dengan ditemani oleh Pak Asep yang memegangi payungnya, ia berjalan dengan cepat agar tak kebasahan. Di ambang pintu, Candytha sudah menunggunya bersama dengan beberapa pelayan yang bekerja di rumahnya.
Setelah langkah Raffa terhenti tepat di hadapannya, Candytha segera memeluk dan menciumi putranya itu dengan bangga.
"Hebat, sayang! Mama bangga sama kamu!" puji Candytha sambil membelai rambut Raffa.
Raffa hanya tersenyum, kemudian membiarkan tas yang sejak tadi menggantung di bahunya berpindah ke tangan salah satu assistant rumah tangga yang bekerja di rumahnya untuk dibawakan.
"Ayah juga pasti bangga. Ayo, masuk, sayang!" sambung Candytha seraya menarik bahu Raffa untuk masuk ke dalam rumah.
"Tapi kali ini Raffa cuma dapat juara 2, Mam," ucap Raffa agak kecewa.
"Iya, Mama udah tau dari guru pembimbing kamu. Itu udah bagus, sayang! Ini kan bukan sekedar olimpiade setingkat kabupaten atau provinsi," hibur Candytha, berusaha membesarkan hati putranya.
"Tetap aja. Raffa masih kalah," gumam Raffa.
"Udah, gak usah dipikirin. Intinya kamu tetap menang!" ucap Candytha yang tetap bangga.
Candytha mengelus rambut halus Raffa, mencoba memberi semangat. "Rambut kamu basah. Kamu kehujanan?" tanyanya khawatir.
"Sedikit," jawab Raffa sambil mengangguk singkat.
"Pak Asep ngapain aja sih? Anak mama sampai kehujanan gini! Kalau kamu sakit gimana?!" Wanita itu berseru pelan.
"Bukan salah dia, Mam. Tadi Pak Asep udah nyuruh Raffa nunggu, tapi Raffa milih lari masuk ke mobil, kelamaan," ujar Raffa. Ia tak sedang berniat membela Pak Asep, ia hanya ingin mengatakan yang sebenarnya.
Candytha menghela nafas, memaklumi sifat Raffa yang kadang tak sabaran. "Yaudah, kamu mandi dulu sana," sarannya.
Raffa mengangguk.
Ponsel Candytha berdering beberapa kali, membuat si pemilik segera melihat nama yang tertera pada layar dengan cepat. Namun, melihat Raffa masih berada di depannya, ia urung menerima panggilan masuk tersebut dan memilih untuk membiarkan ponselnya terus berbunyi.
"Kenapa gak diangkat, Mam?" selidik Raffa.
"Gak kenapa-kenapa. Ini gak penting," elaknya, tapi jemari tangannya masih berkutat dengan ponsel, mengetikkan sesuatu.
"Udah, kamu mandi sana. Maaf ya, mama harus pergi lagi, ada urusan mendadak," sambung Candytha.
Raffa menekuk wajahnya, kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynandhita
Teen Fiction[Completed] Mengisahkan seorang siswa bernama Reynand Putra Nandathama, yang dijuluki sebagai 'Ice Prince' di sekolahnya. Hidupnya nyaris terlihat sempurna bagi kebanyakan orang. Namun, menjadi putra mahkota penerus kekuasaan Nandathama Group sama s...