Seseorang butuh alasan untuk berjuang
.
.
.
dan menyerah
__________________________________________Raffa mengedarkan pandangannya, melihat satu-persatu preman bermasker hitam di hadapannya sambil sibuk mencari celah agar ia bisa membawa kendaraannya menjauh dari mereka.
Menurut ilmu yang diajarkan oleh Pak Asep, saat sudah terkepung lawan seperti ini, yang pertama kali harus ia pastikan adalah kejernihan otaknya sendiri, ia harus tenang sebisa mungkin. Jika sudah begitu, maka hal kedua adalah gunakan otak itu untuk berpikir cepat, cari jalan keluar dari sudut manapun!
Sayangnya, Raffa agak kesulitan melakukan kedua hal tersebut. Yang pertama, ia tak bisa tenang karena pikirannya terus-terusan tertuju kepada bagaimana keadaan kakaknya saat ini. Kedua, ia tak berhasil menemukan celah agar bisa menjauh. Anak itu tak cukup tega untuk menabrak orang yang menghalangi laju kendaraannya kini agar bisa kabur. Tidak, Raffa tak ingin jadi pembunuh dan masuk penjara di usianya yang masih muda ini.
Akhirnya anak itu melawan keinginan hatinya untuk pergi, ia malah turun dari kendaraannya dengan tampang kesal setengah mati. Bagaimana tak kesal? Mereka telah menghalangi jalannya untuk memantau kondisi kakaknya saat ini.
"Kalian mau apa?!"
🍁🍁🍁
"Woah! Lihat berita, Dhit! Buruan!" Pekikan Chelsea baru saja menghentikan lamunan Andhita, membuat gadis itu mengejap sebelum kembali memandangi bulir air yang mulai menetes di luar gelas cokelat dingin yang tadi dipesannya.
Sejak tadi pagi, Andhita sama sekali tak bersemangat di sekolah. Penjelasan dari tutor yang membimbingnya untuk olimpiade bahkan tak diperhatikan dengan baik selama di kelas khusus tadi.
"Berita di mana? Tentang apa?" meski agak malas, gadis itu tetap bertanya.
"Reynand!"
"Reynand?"
Mendengar nama itu disebut, Andhita segera mengangkat kepalanya yang tadi ia sandarkan di bahu Chelsea, merebut ponsel dari tangan sahabatnya itu tanpa permisi.
Pupil matanya bergerak cepat membaca headline berita yang muncul di layar ponsel Chelsea. Hanya satu yang ia takutkan sejak tadi, munculnya kabar buruk tentang kondisi lelaki itu.
Andhita menghela napasnya. Batinnya jadi sedikit lega setelah tau kalau ini bukan berita buruk seperti yang muncul dalam pikiran negatifnya, malah sebaliknya.
"Gila! Om Gio emang nggak pernah main-main kalo ngasih sesuatu! Dua puluh persen, Dhit! Meskipun ujung-ujungnya perusahaan itu bakal diwarisin ke dia, tapi 'kan tetap aja! Sekarang dia masih anak sekolahan!"
Andhita tak merespon lagi. Entah kenapa, meski berita itu tak terlalu penting untuknya, tapi firasatnya malah kian memburuk karena kemunculan berita ini.
Batinnya mengatakan kalau om Gio tak seharusnya memberikan hal yang begitu mencolok untuk Reynand dalam posisinya saat ini.
🍁🍁🍁
"Apa yang bisa bikin gue percaya sama kalian?"
Salah satu pria yang kini diketahui Raffa bernama Satria itu mengeluarkan ponselnya, mencari sesuatu sebelum menyerahkan benda pipih itu kepada Raffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynandhita
Novela Juvenil[Completed] Mengisahkan seorang siswa bernama Reynand Putra Nandathama, yang dijuluki sebagai 'Ice Prince' di sekolahnya. Hidupnya nyaris terlihat sempurna bagi kebanyakan orang. Namun, menjadi putra mahkota penerus kekuasaan Nandathama Group sama s...