• 26 •

68K 2.9K 26
                                    

"Gak usah sedih kalo kamu gak jago Matematika atau Fisika.
Di dunia ini banyak kok hal yang gak bisa dihitung pake rumus.
Contohnya ngitung besar Cinta aku ke kamu. Cyaa.."

-gombalan Kane-

-------------------------------------------------------------

"Beneran di sini?" tanya Andhita, saat mobilnya telah memasuki halaman rumah sakit yang belakangan ini sering dikunjunginya.

"Iya. Yuk turun!" ajak Nindya, tak sabar ingin bertemu Millie.

"Yaudah. Bentar," sahutnya, sembari mengeluarkan beberapa buku dari tas, memindahkannya ke dalam paper bag.

"Nah, gini kan enteng," gumamnya, "Pak, ini buku-buku saya tolong bawain, ya. Kasihin aja ke si Bibi," lanjutnya, ia mengangkat tas tersebut dan menyimpannya di kursi depan.

"Ok, Non!" jawab bapak sopir itu sambil mengacungkan jari jempolnya, semangat.

Pak sopirnya sudah sangat terbiasa dengan pesanan semacam ini, karena kadang saat menjemput Andhita, yang dijemput dan berhasil sampai ke rumah hanya buku-buku pelajarannya saja. Andhita-nya entah pergi kemana, kadang sih memang karena kepentingan ekstrakulikuler, tapi lebih seringnya karena main bersama Nindya dan Millie.

"Sip!" Andhita ikut mengacungkan jempolnya sebelum kembali menggendong tas-nya yang sudah jauh lebih ringan. Gadis itu mengambil buah-buahan yang tadi dibelinya bersama Nindya sebelum ke sini.

"Lo inget ruangannya, 'kan?" tanya Andhita, lagi-lagi hanya untuk memastikan.

"Inget.. Gue belum pikun, 'kok," jawab Nindya.

--

"Yang ini?" tunjuk Andhita.

Nindya mengangguk, kemudian mengetuk pintu di depannya.

Tak mendapati jawaban, ia mengintip sedikit lewat celah jendela yang tak tertutup gorden. Andhita masih mengamatinya, agak penasaran.

"Ada siapa?" tanya Andhita, setengah berbisik.

Nindya terdiam sesaat, bingun, "gak ada siapa-siapa," jawabnya kemudian.

"Gak ada?" tanya Andhita heran. Tak cukup dengan pernyataan yang diperoleh Nindya dari hasil mengintip, gadis itu langsung membuka pintu di hadapannya pelan-pelan, ingin tau.

Andhita melangkahkan kakinya, matanya bergerak melewati bed pasien, soffa, meja, nakas, dan beberapa benda lain, yang nampak sangat bersih dan sudah tertata rapi. Meski, ruangan ini tak sebesar ruangan yang ditempati Reynand dan selengkap fasilitas yang terdapat di ruangan lelaki itu.

Setelah maju beberapa langkah dan melihat lebih dalam. Andhita bisa menarik kesimpulan kalau memang tak ada siapa-siapa di sini, ruangan ini kosong dan sangat rapi, sama sekali tak terdapat tanda-tanda jika ada pasien yang sedang menempatinya

Andhita berbalik, menatap Nindya penuh tanya. Ruangan yang baru saja dimasukinya sama sekali tak menunjukkan keberadaan orang-orang yang ia cari. Orang-orang yang seharusnya berada di sana.

"Terus Millie di mana?"

Nindya bergeming, tak menghiraukan pertanyaan Andhita, raut wajahnya tak berbeda jauh seperti yang Andhita tunjukkan. Sama-sama bingung.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang