• 41 •

70.2K 2.7K 21
                                    

Titik terlemah dalam hidup seorang lelaki bukanlah saat tubuhnya jatuh sakit. Tapi saat mengetahui tangis gadisnya jatuh, dan lelaki bodoh itu tak berdaya untuk menghentikannya.

-Reynand Putra Nandathama-

____________________________________________

Pintu lift akhirnya terbuka, Reynand kembali melanjutkan langkah dengan ditemani oleh Raffa di sampingnya. Sebenarnya, Reynand jarang menggunakan lift karena ia lebih suka menggunakan tangga, ia menganggap kalau naik-turun lewat tangga dapat menjadi alternatif olahraga untuknya yang sangat jarang melakukan kegiatan berat.

Tapi, untungnya kali ini ia cukup perhitungan dengan kondisinya, anak itu sadar kalau ia mungkin tak akan kuat jika harus turun dengan meniti anak tangga satu-persatu. Ia tak ingin mati konyol hanya karena hal kecil seperti ini.

"Akhirnya kalian turun juga. Kenapa lama sekali?" sambut Gio yang sudah duduk siap di depan meja makan.

"Iya. Kalian lupa kalau hari ini ayah pulang?" tanya Candytha di samping Gio.

Tentu saja mereka tak lupa. Lagipula, kalaupun awalnya memang sempat lupa, mereka telah diingatkan oleh assistant beberapa saat sebelumnya. Kedua anak itu memilih melanjutkan langkahnya dan langsung duduk di kursi yang biasa mereka tempati.

Reynand dan Raffa belum berniat untuk membuka suaranya. Saat ini, Reynand masih belum juga bisa melupakan apa yang sempat diucapkan Raffa.

"Sebenarnya, gue bukan adik lo, 'kan?"

Kata-kata Raffa seolah terus-terusan berputar tanpa henti di kepalanya. Pikiran Reynand telah penuh hanya dengan memikirkan masalah itu. Apa maksud Raffa? Reynand tak bisa mengerti sama sekali.

Jika yang Raffa maksud adalah ia bukan adik kandungnya karena berbeda ibu, itu memang benar. Tapi Reynand kini memikirkan kalau mungkin bukan itu yang Raffa maksud. Apa Raffa berpikir kalau mereka benar-benar tak memiliki hubungan darah? Raffa bukan anak kandung ayahnya? Apa yang anak itu pikirkan?

Di sisi lain, Raffa telah memaki dirinya sendiri dalam batin. Bagaimana mungkin ia bisa tak sengaja mengucapkan kalimat itu di depan Reynand? Raffa takut jika hal itu bisa menjadi sesuatu yang memberatkan pikiran kakaknya.

Ia sangat tau, Reynand sedang tak boleh banyak pikiran. Tapi apa yang telah ia lakukan barusan? Raffa semakin tak bisa berhenti merutuki bibirnya.

"Raffa. Ada apa, sayang?" tanya Candytha, wanita itu mulai penasaran karena kali ini Raffa terlihat tak bersemangat sama sekali.

"Nggak, Mum," jawab Raffa singkat. Belakangan ini, anak itu juga sedang tak nyaman berbicara dengan ibu maupun ayahnya.

Di tengah percakapan singkat antara Candytha dan Raffa barusan, Gio malah terfokus pada putra sulungnya yang kelihatan tak sedang baik-baik saja. Hal itu jadi semakin jelas saat Gio melihat Reynand memijat dahi dan pelipisnya secara refleks.

Reynand memejamkan matanya sejenak. Semakin ia memikirkan hal itu, kepalanya jadi terasa semakin berdenyut.

Gio semakin memperhatikan Reynand yang duduk tak jauh darinya, anak itu tampak tak ingin berkontak mata dengannya.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang