Kadang, kita terjebak dalam sesak karena memori yang kita simpan sendiri.
Padahal untuk bahagia, kita hanya perlu berdamai dengannya. Seburuk apapun, pasti tetap ada kenangan manis yang juga ikut tersimpan, 'kan?
__________________________________
Flashback mode: On
"Cantik, ya?"
Reynand kecil memberi anggukan, senyum cerah menghiasi wajah manisnya. Sekilas, ia menatap wajah cantik bundanya yang kini juga tengah tersenyum.
"Rey tau nggak, sekarang Rey lagi lihat apa?" Diana bertanya.
"Tau. Rey lagi lihat bintang, 'kan, Bun?" tanyanya memastikan.
Diana mengangguk sambil membelai lembut kepala Reynand yang kini tengah berbaring nyaman di kursi panjang, bersandar di kakinya. "Rey mau ke sana?"
Reynand tampak berpikir sejenak, "Ke bintang?" Anak itu menatap bundanya dengan bingung.
"Iya."
"Tapi bintangnya kelihatan kecil banget, Bun," ujarnya dengan polos. Ia menempelkan ujung ibu jari dan telunjuknya. Ia pikir, bintang paling besar seukuran dengan salah satu bola yang ia miliki, kakinya bahkan tidak akan bisa menjejak di permukaannya.
Diana tergelak mendengar hal itu. "Bintang itu sebenarnya besar, loh, Rey. Bunda pernah kasih lihat gambar matahari dan bumi, 'kan? Rey masih ingat nggak?" Reynand memberi anggukan antusias.
"Bintang-bintang itu juga jauh kayak matahari, Bund?" tanya Reynand.
Diana memberi anggukan, ia tampak senang karena Reynand bisa menebaknya dengan cepat. "Matahari itu termasuk salah satu bintang juga, tapi jaraknya lebih dekat dengan bumi. Nah, bintang-bintang kecil yang banyak itu, bisa jadi ukurannya lebih besar, lho, daripada matahari.
"Tapi, karena lebih jauh, jadi kelihatan lebih kecil, deh," jelas Diana, jemarinya kembali mengusap rambut Reynand ketika melihat anak itu ber-oh ria sambil memberi anggukan paham. Reaksi anak itu terlihat begitu menggemaskan, Diana jadi bersemangat ingin memberinya pengetahuan baru.
"Bund, matahari 'kan panas. Bintang juga panas, dong?" tanya Reynand beberapa saat kemudian. Anak itu masih terlihat serius menatap langit.
"Iya, di sana juga panas," jawab Diana. Dalam hati, ia mengagumi daya ingat putranya yang cukup kuat itu.
"Kalau gitu, Rey nggak mau ke bintang," jawab Reynand kemudian.
Diana tersenyum mendengar jawaban cerdas yang putranya berikan setelah berpikir. "Lagipula, kalaupun Rey mau, belum tentu bintang yang mau Rey datengin masih ada sampai sekarang, belum tentu juga umur Reynand cukup untuk perjalanan ke sana," ujar Diana.
"Eh?" Reynand kini kembali menatap manik sang bunda. "Itu masih ada, masih kelihatan, Bund," ujar Reynand yang tampak bingung.
"Bintang yang saat ini kamu lihat, bisa jadi udah nggak ada, Rey, udah mati."
"Hah, mati? Kok bisa?" tanya Reynand, agak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynandhita
Fiksi Remaja[Completed] Mengisahkan seorang siswa bernama Reynand Putra Nandathama, yang dijuluki sebagai 'Ice Prince' di sekolahnya. Hidupnya nyaris terlihat sempurna bagi kebanyakan orang. Namun, menjadi putra mahkota penerus kekuasaan Nandathama Group sama s...