• 56 •

61.7K 2.8K 369
                                    

Ketika aku ingin melangkah pergi, kamu memanggilku dari belakang.

Aku berpaling, kemudian terjebak karena hati ini menuntunku untuk kembali.

-Reynand Putra Nandathama-
_______________________________________

2 months later..

"Yeah! Akhirnya kelar juga."

Bella menutup laptopnya dan segera berpindah tempat, menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk di kamar Andhita tanpa permisi.

Sementara itu, si pemilik kamar masih berkutat dengan tugasnya dengan serius, sama seperti Chelsea dan Nabilla. Kini, tingkat keseriusan mereka jadi bertambah setelah mengetahui kalau Bella telah selesai.

"Gue lihat ini yah, Dhit?" izin Bella sambil mengangkat kamera yang tadinya tergeletak di atas rak, setelah ia memutuskan untuk bangun dan berjalan-jalan di kamar Andhita.

Andhita mengangkat kepalanya, berpaling dari power point yang sedang ia buat untuk melihat benda yang ingin Bella lihat.

"Oh?" Kilat gadis itu mendadak redup setelah melihatnya. "Boleh," izinnya kemudian. Sejenak, Andhita terlihat menghela napas dan menjauhkan jemarinya dari atas keyboard. Ia kini menenggelamkan kepalanya kepada tangannya yang terlipat di atas meja.

Suasana mendadak hening karena respon Andhita barusan. Bahkan Chelsea dan Nabilla jadi ikut menghentikan kegiatannya, beralih memperhatikan Andhita yang duduk di antara mereka.

Sejurus kemudian, Chelsea dan Nabilla sama-sama menatap Bella dengan pandangan penuh tuduh. Hal itu berhasil membuat Bella merasa seolah jadi tersangka. Gadis itu hanya bisa menggedikan bahunya.

"Gatau," gumam Bella tanpa suara.

"Itu!" ucap Chelsea yang juga tanpa suara. Gadis itu menunjuk ke arah kamera yang tengah digenggam Bella.

Bella kembali mengangkat benda itu dan menyalakannya dengan penasaran. Kini ia mengetahui kenapa mood Andhita mendadak mendung setelah ia melihat beberapa foto di sana. Gadis itu kemudian menghampiri Andhita, masih memegang benda itu dengan perasaan bersalah.

Tak hanya Andhita yang merasakan hal itu, batinnya juga ikut sesak setelah mengingat Reynand. Apalagi, di foto-foto itu Reynand terlihat sangat bahagia. Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, Bella bisa kembali melihat Reynand tertawa. Hal yang paling dirindukannya sejak kecil, sejak kecelakaan itu menimpa Reynand.

"Dhit?" Bella mengusap punggung sahabatnya dengan lembut. Berhasil membuat Andhita kembali mengangkat wajahnya meski pandangannya kosong ke depan.

"Terimakasih. Lo udah bikin Rey senang," ucap Bella tulus.

Andhita bangun dari tempat duduknya dan membalas ucapan Bella dengan pelukan. Kalau sudah menyangkut Reynand, gadis itu jadi tak bisa menahan diri. Sudah tak terhitung berapa kali ia menumpahkan tangisnya di sana, di pelukan Bella.

Chelsea dan Nabilla ikut berdiri, memandangi keduanya dengan tatapan sendu. Sejak saat itu, mereka jarang bertemu dengan Andhita yang ceria seperti dulu, bahkan mungkin hampir tak pernah lagi. Dan apa yang sedang mereka lihat sekarang, sudah bukan merupakan pemandangan asing lagi. Saat ini, mereka hanya bisa ikut mendoakan, berharap Andhita bisa kembali seperti dulu.

"Gue kangen Reynand, Bell."

"Iya, gue ngerti." Bella mengusap rambut Andhita, mencoba menenangkan sahabatnya itu meski hatinya sendiri juga sedih, sama terlukanya. Bagaimanapun, Reynand adalah sahabatnya sejak kecil.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang