• 32 •

69.7K 2.9K 32
                                    

"Ada yang perlu kamu tau. Aku lebih sakit saat harus lihat kamu nangis."

-Reynand Putra Nandathama-

-----------------------------------------------------

Reynand telah membawa kendaraannya keluar dari kawasan Villa yang tadi dikunjunginya, mengambil salah satu bagian dalam barisan kendaraan lainnya yang turut berlalu lalang di jalan raya. Langit yang tadinya jingga kini sudah benar-benar kehilangan warna cerahnya, terkalahkan oleh datangnya kegelapan yang dibawa sang malam. Meski sebenarnya, tak benar-benar gelap karena jalanan masih bisa terlihat terang, berkat keberadaan lampu-lampu yang berbaris rapi di sepanjang sisinya.

"Rey, aku mau ngecek ig," ujar Andhita, meminta izin.

"Yaudah," jawab Reynand.

"Gak pa-pa airplane mode-nya aku matiin?" tanya gadis itu, memastikan.

Reynand balas mengangguk, tak keberatan karena mereka memang sudah di jalan pulang.

--

Dalam fokusnya membawa kendaraan, sekilas, Reynand melihat ke arah Andhita. Gadis itu tak lagi memainkan ponselnya, ia menyandarkan tubuhnya, mengatur posisi duduknya dengan nyaman, Andhita terlihat sangat mengantuk meski belum berani memejamkan mata.

"Kalau ngantuk tidur aja," saran Reynand lembut.

Andhita menahan kuap dengan punggung tangannya, "ngga, deh. Nanti kamu sendirian," tolaknya.

"Ngga lah. 'Kan kamu cuma tidur, bukannya pergi," jawab Reynand yang tetap mengarahkan fokusnya ke jalan raya.

"Ya, tapi, 'kan?"

"Udah, tidur sana. Nanti aku bangunin kalau udah dekat," pinta Reynand.

Andhita menahan kuapnya sekali lagi, kemudian mengangguk menuruti. "Yaudah, aku tidur. Kamu bawa mobilnya hati-hati, ya?"

"Hmm," sahut Reynand.

Andhita menurut, gadis itu telah terlelap dalam mimpinya, menyisakan suasana hening di dalam mobil, meski sesekali terdengar suara berat dari helaan napas Reynand yang tengah berusaha menjaga konsentrasinya dalam berkendara, sementara ia harus menahan rasa sesak yang seringkali muncul di dadanya. Ia menurunkan laju kendaraannya dengan hati-hati setiap kali merasa agak pusing, tak ingin membahayakan Andhita.

--

Reynand telah menggenggam erat tabung kecil tempat obat daruratnya dengan tangan gemetar. Rasa sakit yang menghujam dada kirinya semakin membuatnya kesulitan bernapas. Terpaksa, ia membawa kendaraannya untuk menepi karena merasa kondisi tubuhnya sudah tak bisa lagi dipaksa untuk melanjutkan perjalanan.

Reynand meminum obat daruratnya cepat-cepat sambil berusaha menahan batuk dan mengatur suara napasnya agar tak berisik. Tak berniat untuk membuat Andhita bangun dan mengkhawatirkan kondisinya sekarang.

Lelaki itu meringis kesakitan, ia menyandarkan tubuhnya, bergulat dalam keheningan yang berusaha ia pertahankan. Hanya bisa menunggu sampai rasa sakitnya berkurang.

Belum hilang rasa sakit yang dirasakannya, ponsel Andhita terdengar berdering, menandakan ada telepon masuk. Sial bagi Reynand, gadis itu jadi terbangun karena mendengar ponselnya berbunyi.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang