Mengeluarkan seseorang dari hati tak semudah perkara memasukkannya. Rey sangat mengakui teori itu karena sudah merasakannya sebanyak dua kali, bahkan sebelum yang pertama benar-benar pergi. Perpisahan yang Rey alami kali ini berakibat sama seperti ketika Atika tiada. Membuat kosmosnya seolah terombang-ambing, kemudian jungkir balik sehingga pijakannya tak menetap.
Jadwal makan Rey tidak teratur. Tidurnya juga tak lelap. Kinerjanya pun menjadi tidak profesional. Terkadang ia akan kehilangan fokus sampai melakukan kesalahan berkali-kali. Mengakibatkan asistennya harus turun tangan membenahi setiap kekacauan yang Rey ciptakan. Oleh karena itu, ia putuskan untuk izin selama tiga hari─dengan alasan sakit─agar kembali stabil.
Namun, semua usaha tersebut tak membuahkan hasil. Saat Rey mencoba menenangkan diri, otaknya membangkang. Organ berwarna putih nan lunak itu terus memutar kilas balik momen seminggu lalu: di mana Seva memutuskan hubungan mereka. Mulai dari memori itu, pikiran Rey mengembara ke banyak hal. Beberapa bagian dari dirinya ingin melakukan aksi kabur seperti lima tahun lalu, tetapi urung karena Rey sadar, ia masih punya kewajiban untuk menjelaskan masalah ini pada orang tuanya. Meskipun sampai sekarang ia belum siap sama sekali.
Sebab tak kuat berdiam diri di apartemennya yang mendadak menjadi penyerap sepi, pagi ini Rey memilih untuk datang ke B&J HR lebih awal. Mungkin dengan menyiapkan beberapa bahan makanan dan alat masak untuk koki-kokinya, Rey dapat mendistrak setiap keping pikiran tentang Seva.
Tatkala hendak menghentikan mobilnya di daerah parkir khusus karyawan dan staf, netra Rey tak sengaja menangkap sosok gadis─dengan balutan jaket dan celana training─yang sedang berjalan sembari menerima telepon. Perempuan itu sangat familier di mata Rey. Namun, Rey agak skeptis karena penampilan gadis tersebut sangat berbeda dari waktu terakhir kali ia melihatnya.
Tak mau membuang kesempatan sekaligus penasaran, Rey segera memarkirkan kendaraannya. Ia turun dengan cepat dan berlari menghampiri sosok itu. Seraya berharap-harap bahwa perkiraannya akan gadis tersebut benar.
Mendengar langkah kaki yang mendekat, si gadis familier tadi langsung menoleh ke arah Rey dengan gerakan penuh antisipasi. Ketika pandangan mereka berserobok, perempuan berambut merah muda itu membeliak. Kekagetan yang kentara tergambar jelas di wajah rupawannya.
Sementara Rey mengeksistensikan senyum lebar. Menandakan kesenangan yang tak terkira karena dugaannya tak salah. Hingga dengan enteng, Rey menyapa, "Hai, Alika."
( ⚘ )
Sejak berkonfrontasi dengan Alika─si gadis berambut merah muda─senyum Rey tak pernah sirna. Perasaannya yang semula mendung, mendadak cerah karena kehadiran perempuan itu. Kendati membawa sedikit rasa sakit dari goresan luka lama, Rey tak masalah. Yang terpenting sekarang rindunya untuk Alika mulai terkikis.
"Gimana kabar Fiko?" tanya Rey setelah pelayan menyajikan minuman yang mereka pesan. Keduanya sepakat untuk mengobrol di kafe terdekat sampai waktunya Rey bekerja.
"Kelihatannya, anak itu selalu baik-baik aja."
Rey mencoba mendapatkan jawaban yang lebih spesifik, "Masih sering nutupin masalahnya?"
Sambil membenarkan letak tudung jaket dan kacamata hitamnya, Alika menjawab, "Iya."
Rey menganggut-anggut. "Titip salam sama Fiko. Tolong bilang ke dia, Mas bakal segera nemuin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
What a Feeling
Romance( Seri Made in the AM #1 | ✓ ) Kedatangan Gaufrey Wahid Amaelo dalam hidupnya, membuat Sevarina Lallita Putri belajar tentang tahap mencintai, yaitu: kagum, tertarik, suka, sayang, dan cinta. Tahapan-tahapan itu menjadi landasan utama hubungan yang...