Posesif adalah kata yang bermakna bersifat menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu dalam arti leksikal. Tanda lahiriah itu secara menyeluruh dimiliki oleh setiap makhluk, tetapi dengan kadar berbeda pada setiap masing-masingnya. Rey merupakan salah satu manusia yang memiliki tingkat keposesifan tinggi. Sekali lagi, Rey mengakui.
Ketika melihat tautan tangan Seva dan Jevin tadi, Rey meradang. Ia tahu Seva tak bermaksud membuatnya cemburu. Namun, amarah Rey sudah menggebu. Syukur-syukur ia dapat menahan diri sehingga tak jadi melayangkan tinju ke wajah Jevin.
Saat menyadari Seva mengejarnya, Rey ingin berhenti dan merengkuh. Akan tetapi, gejolak di dadanya tak mengizinkan. Hingga sampai Rey berbalik untuk mendapati Seva yang menangis, rasa sesaknya semakin berkuasa. Menyebabkan Rey memilih untuk tak acuh sementara.
Kejadian tadi membuat kepala Rey penuh. Pikirannya berkelebat acak dan terus bergentayangan tanpa ampun. Mengarahkan Rey ke bangunan kosong yang Seva sebut tempat penenangnya. Pria itu tak turun dari kendaraan. Lebih tepatnya, menunggu kehadiran Seva.
Hampir setengah jam Rey di sana. Bahkan ia sudah menghubungi asistennya agar menggantikan tugasnya hari ini─dengan alasan ada urusan krusial yang harus segera diselesaikan. Sampai panggilan telepon dari Jaya menghantui. Rey mencoba untuk tak peduli hingga sebuah pesan diterima ponselnya.
Jaya
Lo di mana? Ada Seva di apartemen gue.
( ⚘ )
Rey bersandar di dinding dengan tangan bersedekap. Matanya dengan malas menatap Jaya. Bukannya membiarkan Rey masuk agar langsung bertemu Seva, sahabatnya itu malah memberi berbagai wejangan.
"Seva sampe duduk di depan apartemen lo karena nungguin lo!" seru Jaya dengan pandangan sengit.
Sorot Rey beralih ke daun pintu apartemen Jaya. "Gue juga nunggu Seva di tempat biasa kami ketemu."
Jaya mengembuskan napas sangat keras. "Gue nyuruh lo buat pikirin semua ini, bukan malah bikin dia nangis."
Rey kembali berfokus pada Jaya. "Lo bilang, lo ngerti perasaan gue. Gue udah pikirin semuanya. Gue mau minta maaf, tapi pas gue datang, Seva lagi sama cowok yang ngejar-ngejar dia."
Jaya terdiam di tempatnya. Tadi Seva sempat menjelaskan secara singkat. Namun, tak terlalu jelas karena dilengkapi sedu sedan. "Seva nanggapin cowok itu?"
Rey menggeleng. "Tapi gue tahu, cowok itu nggak bakal ngelepasin Seva gitu aja."
"Kalo gitu, harusnya lo nggak ninggalin Seva," ucap Jaya diikuti decakan sebal.
Rey menggaruk keningnya. Menghela napas kemudian. "Tadi gue perlu waktu sendiri."
Tatapan Jaya berubah prihatin. Pria itu mendekat ke arah Rey dan menepuk bahu sahabatnya tersebut. "Ya, udah, yang penting sekarang lo datang." Jaya menyingkir dari hadapan Rey. Menandakan bahwa sekarang ia mengizinkan Rey masuk. "Dia ada dalam."
Selanjutnya, Rey memasuki apartemen Jaya dengan si empu mengekor di belakangnya. Saat daun pintu di dorong, sosok Seva tampak duduk di sofa ruang tamu. Gadis itu menoleh ke arahnya. Kemudian, kembali menunduk.
Rey mendekat. Duduk di sebelah Seva. Lalu menarik tangan gadis itu lembut. "Kita ke apartemen saya, ya."
Seva mendongak. Responsnya hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
What a Feeling
Romance( Seri Made in the AM #1 | ✓ ) Kedatangan Gaufrey Wahid Amaelo dalam hidupnya, membuat Sevarina Lallita Putri belajar tentang tahap mencintai, yaitu: kagum, tertarik, suka, sayang, dan cinta. Tahapan-tahapan itu menjadi landasan utama hubungan yang...