Air yang disimpan dalam suhu rendah dapat menjadi beku. Seseorang yang terkejut karena sesuatu akan sama halnya seperti hukum ilmiah itu. Setelah sebuah pertanyaan melesat dari mulut Seva, Rey tak dapat menutupi keterkejutannya. Bahkan telapak tangan Rey mendadak berkeringat. Sampai akhirnya ia putuskan untuk tak menjawab. Untunglah Seva mafhum.
Pertanyaan itu bersahabat dengan luka. Sudah lama Rey tak mengingatnya. Ia kira dengan adanya Seva, momok hidupnya sudah lenyap. Namun, dugaannya salah. Rasa sakit itu kembali menyeruak ketika disinggung. Menghantarkan Rey pada fokus yang hancur berkeping. Menjadikkanya tidak profesional hari ini. Banyak kesalahan yang terus Rey lakukan di saat bekerja tadi.
Rey tak menyalahkan Seva. Gadis itu berhak bertanya, begitu juga dengan siapa pun. Orang yang tak tahu betapa berpengaruhnya kejadian di masa lampau, pasti akan melakukan hal yang sama. Rey mengerti tapi pedih lukanya semakin merajalela setiap detik.
Setelah memasuki kamarnya, Rey tak langsung mandi dan beristirahat. Justru memilih untuk menghampiri nakasnya. Pelan ia membuka laci di sana untuk menemukan berlembar-lembar foto. Mengakibatkan jantungnya kontan terpompa lebih cepat saat melihat sosok Atika di dalam potret. Kemudian, di dada Rey tercipta badai saat sesak berkuasa.
Rey mengambil lembar kertas penuh kenangan itu. Menyelisiknya satu per satu dengan tatapan nanar. Suasana di dalam foto berkebalikan dengan yang ia rasakan sekarang. Di dalam potret tersebut, Atika tersenyum dengan cara yang paling bahagia, berbeda dengan Rey yang kini dipenuhi aura suram.
Setetes air mata terjun bebas dan jatuh tepat di tangan Rey. Pria itu tersenyum getir saat menyadarinya. Ternyata ia masih lemah. Ternyata ia masih seorang pengecut. Ternyata kesakitan ini masih menyiksanya.
Kelopak mata Rey terpejam. Ia mendekap foto-foto yang berada di tangannya. Untuk malam ini saja, Rey ingin mengenang Atika lagi. Memutar segala kenangan yang mereka lewati bersama. Mengingat atmosfer kebahagian yang selalu mereka rasakan.
Hanya untuk malam ini. Rey janji.
Ia akan berusah untuk tak mengingkarinya. Karena Rey tahu, di tempat lain sudah ada perempuan yang siap membangun masa depan dengannya.
( ⚘ )
Setiap satu menit, Rey selalu mengecek arlojinya. Kaki Rey sudah agak pegal tapi ia tak mau memasuki mobil. Rey ingin Seva segera menyadari keberadaannya setelah keluar dari gedung fakultas. Namun, ia juga tak tahu kapan gadis itu akan segera muncul. Jika menurut informasi dari Bia, harusnya Seva sudah menyelesaikan kelasnya sekarang.
Tadi pagi Rey tak mengantar Seva seperti kemarin. Gadis itu bilang, ia pergi dengan Deon. Jam masuk kelas mereka kebetulan sama, sehingga Deon dapat memberi tumpangan hari ini. Untuk pulangnya pun, Seva sudah mengatakan ingin bersama Bia yang sekarang sudah pulih. Akan tetapi, Rey tak mengindahkan hal itu. Justru ia menyuruh Bia untuk pulang dengan Orlin saja.
Beberapa menit kemudian, sosok Seva sudah menampakkan diri. Segera Rey melambaikan tangan agar mendapat atensi. Tak perlu waktu lama, gadis itu segera menyadari. Raut terkejutnya sangat kentara saat melihat keberadaan Rey. Lalu, Seva berjalan cepat menghampiri pria tersebut.
"Ngapain Om di sini?!" tanya Seva sedikit terlalu nyaring. Membuat intonasinya seperti membentak.
Rey balik bertanya, "Kamu nggak suka saya di sini?"
"Bukan, bukan gitu," Seva menggeleng cepat, "tapi Seva, kan, udah bilang, Seva pulang sama Bia."
"Bia udah pulang sama Orlin," sahut Rey santai.
"Ih, boong!"
"Serius."
"Kok gitu sih?!"
"Saya nyuruh mereka pulang berdua."
Setelah mendengar pernyataan Rey, wajah berang Seva keluar. "Ih, Om, kenapa?!"
Masih dengan tak ada bebannya, Rey menjawab, "Saya mau jemput kamu."
Helaan napas Seva terdengar nyaring. Ia bersungut sembari memasuki mobil, "Om tuh sok rajin banget. Nanti kalau izin terus, dipecat beneran baru tahu. Seva benar-benar nggak mau, ya, punya suami pengangguran. Mau makan apa nanti?"
Seperti kemarin sore, Rey tak terganggu sama sekali dengan omelan Seva. Alih-alih tersinggung, tawanya malah mengudara ketika ikut masuk ke kendaraan beroda empat tersebut.
"Ih, malah ketawa!" gerutu Seva dengan wajah sangat masam.
"Kamu nggak suka saya jemput tapi tetap masuk juga ke dalam mobil," kata Rey seraya menghidupkan mesin kendaraannya. Kemudian, mulai mengendarai alat transportasi itu mengeluari kawasan universitas.
"Jadi, Om maunya Seva ngambek dan jalan kaki aja gitu? Terus Om kejar Seva buat ngebujukin supaya Seva mau pulang sama Om?" tanya Seva penuh kesewotan. "Please, sinetron banget. Seva nggak lebay kayak gitu, ya."
Setiap kalimat yang Seva keluarkan membuat perut Rey geli. Kekehannya menggelegar memenuhi kendaraan. Juga sedikit membayangkan jika yang Seva katakan benaran terjadi. "Kamu lucu," puji Rey kemudian.
Lama tak ada jawaban dari Seva sampai gadis itu berujar dengan nada bersungguh-sungguh, "Tapi Seva serius, kenapa Om malah jemput Seva? Bahkan Seva udah bilang dari pagi kalau Seva pulangnya sama Bia."
Rey menoleh ke arah Seva sebentar. "Kalau saya bilang, saya kangen kamu. Gimana?"
Pernyataan itu jujur adanya. Rey tak berbohong sama sekali. Setelah melakukan reuni dengan masa lalunya, pikiran Rey tak terlepas dari Seva. Bayang-bayang akan gadis itu seolah menamparnya agar segera sadar dari kesedihan tadi malam. Dan memang harusnya seperti itu. Rey sudah dalam sebuah hubungan baru. Jika ia bisa memanfaatkannya dengan benar, tak menutup kemungkinan Seva dapat mengobati luka yang Atika torehkan.
Suaranya terdengar terbata ketika Seva melontar pertanyaan: "Ke-kenapa kangen Seva?"
"Emangnya salah kangen sama pacar sendiri?"
Lalu tawa hambar penuh kekikukan menjadi musik latar belakang perjalan mereka selama beberapa detik. "Se-Seva tahu kok Seva ngangenin."
Menangkap kegugupan Seva, Rey ikut terkikik. Kepalanya kembali tertoleh ke arah dara itu selama beberapa detik. Rey yakin ia tak salah ketika melihat wajah Seva yang memerah. Belakangan ini gadis tersebut selalu merona. Mengakibatkan Rey pun gemas karenanya.
( WAF - 24. Suhu Rendah Dapat Menjadi Beku )
Sebenarnya mau tidur tapi nggak bisa. Ya, udah ngetik aja supaya cepet ketemu sama Babang Adip.
The simple but weird,
MaaLjs.8 Oktober 2019 | 00:14
KAMU SEDANG MEMBACA
What a Feeling
Romance( Seri Made in the AM #1 | ✓ ) Kedatangan Gaufrey Wahid Amaelo dalam hidupnya, membuat Sevarina Lallita Putri belajar tentang tahap mencintai, yaitu: kagum, tertarik, suka, sayang, dan cinta. Tahapan-tahapan itu menjadi landasan utama hubungan yang...