Chapter 19

290 38 10
                                    

Setengah jam berlalu. Akhirnya tenaga Mark, Jinyoung, Jackson dan Namjoon sama-sama terkuras habis. Dari perkelahian yang terjadi sejak kurang lebih empat puluh menit itu dapat dilihat keempatnya sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Wajar saja, dalam pertandingan pun selalu ada yang ingin menjadi pemenang. Tidak jauh Berbeda dengan keempatnya.

Sepertinya tenagaku benar-benar habis. Parahnya tanganku yang terluka terus saja mengeluarkan darah. Meskipun mengucur sedikit demi sedikit tapi kalau dibiarkan terus aku bisa kehabisan darah, ujar Jinyoung tentu dalam hatinya.

Jackson menendang Jinyoung hingga terjajar ke dekat pintu pesawat yang terbuka. Jinyoung sudah tak memiliki tenaga sedikitpun untuk melawan Jackson. Jika memang harus terjatuh dan mati, ia sudah pasrah. Kondisi badannya memang tak baik setelah peristiwa tertangkapnya oleh JYP. Semua tahu ia saat ini terlihat seperti kekurangan gizi akibat dikurung selama seminggu oleh JYP. Badan yang terlihat kurus dan wajah pucat yang selalu menghiasi wajahnya.

Jinyoung memejamkan matanya erat saat merasakan sebuah kaki menginjak lehernya. Jackson lagi-lagi tak merasa puas untuk membuat gadis itu tersiksa. Perlahan pasokan oksigen di paru-paru Jinyoung semakin menipis. Jackson menginjak lehernya semakin kuat. Bahkan tangan yang sejak awal reflek menggenggam pergelangan kaki Jackson terihat tak ada artinya.

BUK

Tangan Jinyoung mengenai kardus yang berisi sisa bom yang belum digunakan. Hantaman tak sengaja akibat terlepasnya genggaman di pergelangan kaki Jackson menyebabkan kardus tersebut tergeser ke pintu pesawat dan tak lama terjatuh terbawa angin di atas laut australia.

Jangan tanya apa yang Jinyoung rasakan. Jantungnya berdegup kencang. Ia merasa sangat bodoh sudah ceroboh dan menyesal tak berhasil menyingkirkan kaki Jackson dari kakinya, tapi malah membuat bom-bom itu terjatuh.

Mark menendang Namjoon sekuat-kuatnya hingga menubruk Jackson yang masih menikmati saat-saat menyiksa sang gadis penghianat baginya. Efek yang diberikan cukup bagus. Jackson hampir terjatuh dari pesawat. Tak beda jauh dengan Namjoon yang sama-sama hampir jatuh. Beruntungnya mereka selamat dengan Jackson berpegangan pada sebuah handle yang terdapat di sisi setiap dinding dekat pintu pesawat dan Namjoon memegangi kaki Jackson.

Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Jinyoung meraih pisau milik Mark yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya. Lalu ia mengarahkan salah satu bagian dari pisau tersebut pada tangan Jackson dan menekan tombol yang seketika mengeluarkan sebuah sinar berwarna hijau.

"Arrgghhh!!!" pekik Jinyoung kesakitan. Tangannya yang terluka dan masih mengeluarkan darah tiba-tiba digenggam erat oleh Jackson menggunakan tangannya yang lain.

"Lebih baik kau ikut mati bersama kami!" ujar Jackson sambil menarik tangan Jinyoung mendekat padanya. Ia tahu batas kekuatannya dan angin diluar pesawat terus menariknya. Tangannya yang terfokus untuk memegang gagang dekat pintu semakin kehilangan tenaga.

Jinyoung sudah benar-benar tidak dapat menahan sakit pada pergelangan tangannya. Perih di tangannya menjalar ke seluruh tubuhnya. Untuk kedua kalinya Jinyoung hanya dapat menutup matanya pasrah. Menahan dirinya agar tidak ikut tertarik sudah diluar kemungkinan.

Mungkin kematian memang sudah menantinya. Itu yang Jinyoung pikirkan.

Dan—tentu saja Mark takkan membiarkan kematian menjemput Jinyoung. Gadis itu belum mencapai apa yang menjadi tujuannya. Mark meraih pistol dari dalam tasnya. Kemudian ia berjalan sedikit mendekat dengan pintu pesawat menatap Jackson dan Namjoon yang meminta sebuah pertolongan padanya.

Tolong mereka bilang? Mark tertawa. Untuk apa Mark menolong musuhnya sendiri? Yang sudah pasti akan ditolong Mark sudah jelas itu adalah Jinyoung. Seseorang yang selalu berada di jalannya.

RETALIATION [GOT7, MARKJIN] [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang