Sequel

405 41 39
                                    

"Jadi kau tahu apa kesalahanmu, bukan?" Tanya seorang lelaki kira-kira berumur tiga puluh tiga tahun dengan kacamata baca bertengger pada pangkal hidungnya sembari menuliskan kesalahan si anak remaja yang terlihat acuh.

"Berkelahi, merusak fasilitas umum, dan kau juga membolos sekolah. Lalu kau melakukan penyerangan terhadap petugas kepolisian. Kau pikir menyerang seorang petugas bisa membuatmu terbebas?" sambungnya sambil mengalihkan paandangannya terhadap si anak lelaki yang terlihat terkekeh.

"Bukankah yang kulakukan tidak sebanding dengan yang kau lakukan dulu? Melakukan terror, merusak fasilitas umum, membunuh manusia-manusia tak bersalah dan juga kau sekarang malah menjadi petugas kepolisian. Kalau kau saja tidak dihukum atas semua perbuatanmu, lalu apakah kau tidak punya malu untuk menghukumku, Mark-ssi?" Tanya si anak lelaki panjang lebar menyebutkan apa yang pernah dilakukan Mark dimasanya. Otomatis Mark menyeringai menanggapi ucapan tersebut.

"Sayangnya aku tidak punya malu untuk memberi hukuman pada anak nakal sepertimu," ucap Mark. "Jadi adakah nomor wali yang bisa kuhubungi? Jika tidak ada mungkin kau harus menginap disini sampai walimu datang menjemput, anak muda." lanjutnya, lalu menolehkan kepalanya kearah pintu saat seseorang muncul dibaliknya.

"Biar dia menginap untuk sehari disini. Tadi ibunya menghubungiku kalau ia mengijinkan anak ini untuk merasakan kerasnya jeruji besi," Ucap Jaebum sambil mendudukkan dirinya di kursi sebelah si anak yang dimaksud. Sementara si anak mendelik tajam kearahnya. Bergantian pada Kantong kertas yang dibawa oleh Jaebum.

Mark mengerutkan alisnya. Bukannya tidak mengerti, tapi Jaebum seolah menanggapi biasa saja. padahal biasanya dia yang paling repot. "Kau mengenal bocah ini, Bum?" tanyanya sambil merebut kantong kertas yang diletakkan Jaebum diatas meja dan mengeluarkan sebuah burger dari dalamnya dan memakannya begitu saja.

Jaebum ikut mengeluarkan bagiannya, lalu menyodorkan sisanya pada si anak lelaki. Kemudian ia berjalan menuju sebuah jeruji besi yang terdapat diruangan tersebut dan membukanya. "Jadi, Hyunjin. Ini kamarmu malam ini. Masuklah sebelum aku benar-benar memenjarakanmu bersama criminal yang lainnya."

Si anak lelaki yang dipanggil hyunjin itu mendengus sambil meraih kasar kantong kertas yang diketahui berisi makanan itu dan beranjak dari tempatnya malas-malasan. Sementara Mark hanya memperhatikan interaksi keduanya sambil menyantap makan malamnya.

"Dia sepupu bambam. Ibunya adik dari Kepala Divisi. Sebenarnya orang tuanya juga sudah pusing mengurusi anaknya yang sangat menyusahkan itu," Ujar Jaebum menjawab Pertanyaan Mark yang belum sempat dijawabnya.

Mark menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Tak lama, Mark menengguk habis air mineral yang terdapat pada gelas diatas mejanya. Setelah puas mengisi perutnya Mark beranjak dari tempatnya. Bermaksud untuk pulang ke flat tempatnya kini tinggal. Karena malam ini memang gilirannya istirahat dan Jaebum yang mendapat giliran berjaga malam.

"Mark," Panggil Jaebum saat Mark baru saja menekan handle pintu tanpa membalikkan badan dan wajahnya untuk sekedar menatap si Pria yang kini sudah berubah menjadi sahabatnya selama Sembilan tahun terakhir.

Yang dipanggil tidak menjawab. Hanya saja ia menghentikan langkahnya untuk mendengar kelanjutan yang akan dikatakan oleh makhluk sipit dibelakangnya.

"Aku tahu jauh dilubuk hatimu, kau merindukan Jinyoung," ucapnya to the point. Membuat si pria LA mengepalkan tangannya yang menganggur.

"Tapi maaf Bum, aku tidak punya waktu untuk merindukan seseorang yang memilih pergi meninggalkanku," Jawab Mark datar memberikan kesan jika tidak ada perasaan seperti yang dikatakan oleh Jaebum padanya. Ia hanya tidak ingin orang lain tahu dengan sakit yang dirasakannya.

RETALIATION [GOT7, MARKJIN] [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang