Author POV
Saat pintu tersebut sepenuhnya terbuka, "Wahhh..." Alana terpaku melihat apa yang ada di depannya saat ini.
Ternyata dibalik pintu tersebut terdapat ruangan yang merupakan kamar tidur lengkap dengan wardrobe yang begitu banyak. Alana membalikkan tubuhnya untuk melihat apa yang sedang Sean lakukan. Ternyata ia melihat Sean masih fokus dengan pekerjaannya. Alhasil Alana memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar tidur tersebut dan menutup pintu ruangan tersebut dengan sangat rapat.
"Baru kali ini aku melihat di kantor ada kamar tidur seperti ini," gumam Alana berbicara pada dirinya sendiri dan sejenak berkeliling memperhatikan apa saja yang ada diruangan tersebut.
Setelah puas, Alana lalu membaringkan tubuhnya di kasur yang ada dalam ruangan tersebut.
"Huwahhh... Empuknyaaa..." Alana membentangkan tangannya, lalu mengambil bantal yang ada dan memeluknya.
Alana sangat senang ketika melihat ada kasur. Selain dia bisa melanjutkan tidurnya yang terganggu tadi pagi, ia juga dapat mengistirahatkan tulang-tulangnya yang terbentur ke lantai lift tadi. Alana memejamkan kedua matanya dan tidak lama kemudian ia tertidur dengan sangat nyenyak.
Sementara itu di luar kamar tempat Alana berada, Sean menggulung lengan kemejanya. Setelah lengan kemeja tersebut terangkat, di tangannya dapat terpampang dengan jelas jam ternama yang menjadi incaran kaum pria. Sekarang sudah hampir jam dua siang dan itu berarti ia telah melewati jam makan siangnya.
Sean berdiri, lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya. Ketika ia ingin keluar dari ruangannya, tiba-tiba dia teringat dengan Alana.
"Shit! Kemana dia?" tanya Sean pada dirinya sendiri.
Begitulah Sean. Jika sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya, ia akan mengabaikan apa yang ada di sekelilingnya. Sean memutuskan untuk bertanya saja kepada security yang ada di perusahaannya, karena ia tak ingin direpotkan hanya untuk mencari seseorang. Sesampainya di lobi, Sean memanggil salah satu security yang ada.
"Ada yang bisa saya bantu, tuan?"
"Apa kau melihat wanita yang bersamaku tadi pagi?" tanya Sean tanpa berbasa-basi.
"Wanita? Hmm... Maksudnya, kekasih tuan itu?"
Sean baru saja ingin menjawab bukan, namun ia tiba-tiba teringat kejadian tadi pagi bahwa orang-orang di perusahaan ini pasti menyangka ia dan Alana adalah sepasang kekasih.
"Ya," jawab Sean singkat.
"Tidak, tuan. Saya tidak melihat pacar anda dari tadi."
"Apa kau yakin?"
"Saya sangat yakin, tuan. Sedari tadi saya berada di pintu masuk ini."
"Kalau begitu, kamu tolong cari dia. Kalau sudah ketemu suruh dia menghadapku"
"Baik, tuan"
🍒🍒🍒
Sean kembali menuju ruangannya, ia berencana menunggu kehadiran Alana untuk di ajak makan siang bersama. Ia duduk di kursi kebesarannya, lalu menghubungi seseorang.
"Hallo," sapa Sean, "Aku ingin kau malam ini membuatkan meja kerja untuk sekretaris pribadiku, berserta dengan pernak-perniknya di sudut ruanganku dengan nuansa pink pastel dan putih"
"Baik, tuan," jawab orang yang di hubungi oleh Sean.
"Aku ingin besok pagi semuanya sudah selesai!" tegas Sean.
"Baik, tuan"
Setelah mendengar jawaban dari orang yang dihubunginya, Sean langsung memutuskan panggilannya tersebut. Pria tampan itu sebenarnya tak ingin mengabulkan permintaan konyol Alana. Namun Alana merupakan adik dari sahabatnya. Jadi Sean mau tidak mau menuruti kemauan Alana.
Sean mengambil minuman yang setiap hari memang disediakan di meja kerjanya, namun entah karena melamun, Sean tak sengajanya menumpahkan air itu dan membasahi kemeja yang ia pakai.
"Holly shit!" Sean menepuk-nepukkan kemejanya yang terkena tumpahan air tersebut.
Untungnya Sean mempunyai ruangan wardrobe sendiri dalam ruang kerjanya ini. Ia sengaja menyediakan kamar tidur beserta dengan segala keperluannya, karena Sean terkadang suka lupa waktu ketika ia sedang mengerjakan pekerjaannya. Jadi ia membangun kamar di dekat ruang kerjanya tersebut bertujuan untuk apabila sudah terlalu lelah dengan pekerjaan, ia tak harus lagi pulang melainkan dapat memanfaatkan kamar tidur yang ada tersebut.
Sean berjalan ke arah kamar tidur tersebut, dan langsung membuka pintu. Ia kaget saat melihat ternyata Alana sedang tidur dengan sangat nyenyak di tempat tidur tersebut. Sean ingin mengerjai Alana, namun sebelumnya Ia memutuskan untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Ia membuka satu persatu kancing bajunya, lalu menjatuhkan kemeja basahnya begitu saja di lantai.
Ia berjalan menuju tempat di mana dia menyimpan semua pakaian-pakaiannya dan mengambil salah satu kemeja berwarna biru gelap. Akan tetapi saat Sean hendak mengenakan kemejanya, tiba-tiba saja Alana terbangun dan histeris di sana.
"Aaahhhhhh..! Apa yang kau lakukan? Keluar dari kamarku!" teriak Alana, melempar Sean dengan bantal.
Sean dengan sigap menangkap bantal yang Alana lempar dan melemparkan benda itu kembali ke Alana. Ia berjalan mendekati Alana, bahkan ia menjatuhkan kemeja biru tadi begitu saja. Melihat hal tersebut, Alana menelan air liurnya dengan susah payah saat melihat tubuh Sean yang begitu tegap dan menggoda.
Sean merangkak di atas ranjang dan mendekatkan wajahnya ke wajah Alana yang tak mampu berkutik sama sekali. Ia merasa terhipnotis oleh tatapan Sean yang begitu menggoda. Wajah mereka bahkan sangat dekat sekarang, hingga keduanya dapat merasakan hembusan nafas masing-masing.
"Ini kamarku, Sayang. Jadi aku bebas ingin melakukan apa di sini," ucap Sean, mengedipkan sebelah mata dan menggoda gadis itu.
Alana masih diam, ia benar-benar kaget dan sibuk memproses apa yang baru saja dikatakan oleh Sean.
"Aduhhh...!" rintih Sean
***
To be continue
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow instagram : itsviy_
Terima kasih.
Love,
Itsviy (26.07.2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Любовные романы|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...