Author POV
Sebelum sempat Jordan membuka mulutnya lagi, Sean angkat bicara terlebih dahulu.
"Apa kau lupa jika di sini masih ada satu orang lain?" tanya Sean dengan nada dingin.
Jordan yang merasa jika pertanyaan tersebut ditujukan untuk dirinya pun langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan mendekat kearah bosnya duduk.
"Maaf, bosku yang tidak kalah tampan dari Tuan Max" jawab Jordan sambil menundukkan kepalanya dihadapan Sean.
Jordan sangat tahu jika Sean sudah berbicara dengan nada dingin berarti Ia sedang tidak ingin bermain-main.
"Batalkan semua jadwalku hari ini"! ucap Sean dengan lantang.
"APA?!" Jordan terlihat shock dengan ucapan Sean tersebut. Dan kali ini Jordan pun menampilkan mimik wajah serius.
"Tapi, tuan. Ada banyak berkas yang memerlukan koreksi dan tanda tangan darimu, dan itu sangat banyak karena anda tahu sendiri, beberapa hari ini anda terlihat begitu sibuk," jelas Jordan. "Dan juga hari ini Anda memiliki jadwal rapat dengan dewan direksi, tuan" sambung Jordan lagi.
"Kau bisa menyerahkan berkas-berkas itu ke Alana. Ku rasa dia tidak begitu bodoh jika hanya sekedar memeriksa berkas dan menandatanganinya. Lalu soal rapat, segera kau hubungi mereka dan katakan jika rapat hari ini di tunda terlebih dahulu!" ucap Sean lalu meninggalkan Alana dan Jordan begitu saja.
Disisi lain, Alana membelalakkan matanya ketika namanya disebut oleh Sean.
"Kau pikir aku mau mengerjakannya?" protes Alana.
Namun Sean tidak menanggapinya, bahkan untuk menolehkan wajahnya menghadap Alanapun tidak sama sekali. Ia tetap berjalan dengan tenangnya ke arah pintu keluar.
"Hei! Apa kau mendadak jadi tuli? Aku bilang aku tidak mau mengerjakannya," protes Alana lagi.
Namun Sean masih saja tidak menanggapinya.
Bruk.
Pintu di tutup dengan cukup keras oleh Sean. Jordan kaget ketika mendengarnya dan ia sangat tahu jika sekarang atasannya tersebut sedang sangat marah. Karena yang ia tahu, sampai sekarang tidak ada satupun orang yang berani menentang Sean. Tetapi, makhluk cantik di sudut ruangan tersebut dengan santainya dapat menentang kemauan atasannya tersebut. Jordan mendekati Alana, berniat untuk menenangkan Alana.
"Tenanglah, Nona cantik. Kau terlihat sangat kacau ketika sedang marah begitu," ucap Jordan dengan hati-hati takut Alana akan marah lagi.
Alana hanya menatap Jordan dengan tatapan seolah berkata, 'Apa kau juga ingin mencari masalah denganku?'
Jordan menarik nafas panjang dan membuangnya dengan halus lalu berkata, "Tersenyumlah, maka kau akan mengeluarkan aura yang sangat cantik," bujuknya.
"Walaupun aku tersenyum sekarang? Kau tidak mungkin menyukaiku, kan?" tanya Alana geli karena dalam pertanyaannya tersebut tersirat maksud mengejek Jordan.
"Aku bisa menyukaimu sebagai calon adik iparku," jawab Jordan dengan cepat.
🍒🍒🍒
Alana POV
Mendengar ucapan Johana tersebut, membuatku berpikiran apakah ada orang normal yang menyukai Max? Kenapa dari kemarin aku bertemu dengan fans Max yang abnormal?
"Kurasa Max masih normal," jawabku.
Dia terlihat sedih ketika mendengar jawabanku, namun sedetik kemudian dia langsung mengubah raut wajahnya menjadi biasa lagi.
"Well, Max memang idamanku, namun kalau pun aku tidak bisa mendapatkannya aku masih mempunyai cadangan pria lainnya lagi," jawabnya dengan sombong.
Aku terkekeh mendengar jawabannya. Ku rasa dia orang yang cukup asyik diajak berteman.
"Nah, begitu tertawalah. Dari mana kau mendapatkan lesung pipi seperti itu? Aku juga ingin sepertimu," ucapnya, menunjuk kearah lesung pipiku.
"Entahlah. Ku rasa ini turunan dari ayahku," jawabku
Ku lihat Johana menganggukkan kepalanya dan mengerti dengan jawabanku.
"Ayo kita kerjakan bersama berkas-berkas itu. Tunggu sebentar di sini, akan ku bawa masuk berkasnya," ucapnya lalu keluar dari ruangan Sean untuk mengambil berkas-berkas yang harus dikoreksi.
Tak lama kemudian Johana datang lagi dengan membawa tumpukkan berkas ditangannya dan aku sukses membelalakkan mataku. Apa dia sudah gila? Bagaimana mungkin aku di suruh mengoreksi file sebanyak itu? Aku melipat kedua tanganku di atas meja dan menundukkan kepalaku di atas tanganku tersebut dan pura-pura tertidur.
"Calon adik iparku, kau tidak bisa menipuku," ucap Johana menyimpan file tersebut di atas mejaku, namun aku pura-pura tidak mendengarnya.
Johana menggoyang-goyangkan tubuhku, namun aku masih tidak memberikan respon apapun. Lalu dia memutari mejaku dan tiba-tiba dia menggelitik pinggangku.
"Ahh, geliii... Ampun-ampun" jawabku sambil beronta seperti cacing kepanasan.
Dia melepaskanku ketika aku sudah mau mendirikan kepalaku.
"Dengar! Tuan Sean tadi menghubungiku, dia bilang file ini harus selesai hari ini juga, dan dia tidak mau mendengarkan alasan apapun," terang Johana.
Aku menghela nafas dengan berat, "Ya sudah, Ayo kita kerjakan. Kau yang mengoreksi sedangkan aku yang menandatanganinya, adilkan?" ucapku.
"Itu sangat tidak adil! Bagaimana—"
Belum sempat dia menjawab lebih lanjut, aku segera menempatkan jari telunjukku ke mulutnya. Dia diam.
"Apa kau mau aku sampaikan salam ke Max darimu?" tawarku.
Dia terlihat berbinar-binar.
"Benarkah? Apa kau janji akan menyampaikannya?" jawabnya dengan mengedipkan kedua matanya secra berulang.
"Tentu," jawabku sambil mengedipkan sebelah mataku.
"Deal!" dia langsung menjabat tanganku begitu saja.
"Deal!" jawabku.
***
To be continue
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow instagram : itsviy_
Terima kasih.
Love,
Itsviy (31.07.2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Roman d'amour|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...