Alana POV
Setelah kepergian Edward, aku segera pergi dari kantin menuju ke toilet untuk mencuci mukaku. Aku menatap tampilan diriku.
"Ternyata aku cantik juga," ucapku pada diriku sendiri.
Setelah merapikan pakaian dan mengecek ulang penampilan, lalu aku keluar dari toilet dan menuju ke ruanganku. Ku lihat Johana sedang berkutat dengan laptop pink-nya.
"Hai, Jo!" sapaku mendekat ke arah mejanya.
"Hai, adik ipar!" serunya dengan bersemangat tidak seperti tadi pada saat di kantin.
"Aku punya kabar buruk untukmu," ucapnya dengan ekspresi yang berubah seratus delapan puluh derajat.
"Ada apa?" tanyaku penasaran.
Dia mengeluarkan ponsel dari saku dan memberikan handphonenya tersebut kepadaku.
"Bacalah."
Aku menerima ponsel tersebut dan langsung membukanya. Tertera suatu pesan singkat dan yang pertama kali menarik perhatianku yaitu nama sang pengirim pesan dari nama kontak Mr. Ngegemesin.
"Mr. Ngemesin?" ucapku bingung.
"Oh itu, Mr. Smith," jawabnya malu-malu.
Mulutku terbuka dan membentuk huruf O. Lalu melanjutkan membaca isi pesan tersebut.
From : Mr. Ngegemesin
Aku ada urusan. Kau bisa menyuruh Alana untuk menggantikan posisiku saat ini dan suruh dia untuk mengoreksi berkas-berkas yang ada di mejaku. Aku ingin dia yang mengerjakannya. Kau tidak boleh membantunya. Aku mengawasi kalian melalui CCTV.
Mataku terbelalak ketika selesai membaca isi pesan singkat tersebut, "Tenang saja. Aku akan tetap membantumu," ucap Johana bersungguh-sungguh.
Aku menatapnya penuh curiga, "Kenapa kau baik sekali denganku? Kau tidak takut di pecat Boss mu?" tanyaku penasaran.
"Hmm," dia berpikir sejenak, "Demi adik ipar aku rasa aku tidak apa-apa di pecat. Lagi pula kalau aku di pecat? Kau yang akan bertanggung jawab menggantikan pekerjaanku di sini dan juga kau harus mengatakan pada kakakmu, agar menerima aku bekerja di perusahaan kakakmu yang tampan itu," sambungnya.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Apa sebegitu fanatiknya dia dengan Max?
"Bagaimana, deal tidak?" tanyanya.
Aku menarik nafas panjang.
"Deal!" jawabku karena mau bagaimana pun aku tidak mau mengerjakan pekerjaan yang seharusnya bukan pekerjaanku sendirian.
Lagi pula ku rasa Sean tidak akan tega memecat Johana cuma karena dia membantuku.
"Kau semakin cantik jika baik begini," serunya mencubit kedua pipiku.
"Lepaskan, sakit tahu!" ucapku lalu pura-pura menekuk wajahku.
"Ayo," dia menarik tanganku dan membawa ke dalam ruangan Sean.
Ku lihat beberapa berkas ada di meja Sean dan berkas tersebut cukup banyak kurang lebih sama jumlahnya dengan berkas kemarin. Ku rasa aku akan dibuatnya lembur lagi hari ini.
Deg. Lembur?
Tidak, aku tidak boleh lembur. Aku sudah berjanji akan pergi dengan Edward apalagi mempunyai sebuah bisnis kosmetik adalah impianku dari dulu.
"Ayo kita mulai," ajakku.
Namun, Johana hanya diam saja menatap heran kepadaku.
"Kenapa?" tanyaku karena dia masih saja memperhatikanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Romance|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...