Sean POV
Aku baru saja sampai di tempat aku akan menemukan sumber kesuramanku. Aku melangkahkan kakiku dengan sangat pelan, tidak ingin cepat-cepat sampai ke ruangannya, entah kenapa rasanya aku memiliki firasat yang buruk. Sesampainya di depan pintu kamar Jane, aku menarik nafas panjang sebelum masuk. Aku membuka pintu dan terpaku ketika melihat orang-orang yang ada di ruangan Jane.
Di sana sudah berdiri empat orang yang sangat aku kenal. Mereka adalah kedua orang tuaku dan kedua orang tua Jane. Ibuku langsung melangkah mendekatiku dan memelukku dengan erat. Aku membalas pelukannya.
"Mom, sejak kapan di sini?" tanyaku dengan halus.
"Mommy baru saja sampai setelah mendengar kabar jika Jane kecelakaan, sayang," jelas Ibuku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Ibuku melepaskan pelukannya, lalu menuntunku untuk lebih dekat ke arah Jane. Aku melangkahkan kaki dengan berat hati, entah kenapa rasanya firasatku semakin buruk ketika semakin dekat dengannya.
Aku memeluk singkat Ayahku, lalu menjabat tangan kedua orang tua Jane secara bergantian. Setelah melepaskan jabatan tangan dengan ayah Jane, wanita itu tiba-tiba memanggilku lalu membentangkan tangannya seperti minta di peluk.
Aku hanya menatapnya dengan datar, sampai ibu menyenggol tanganku. Aku pun dengan sangat berat hati memeluknya. Sial. Aku berniat memeluknya hanya sebentar namun dia memelukku dengan erat dan sesekali mencium pipiku. Aku berjanji pulang dari sini aku akan mandi berulang kali.
"Jane, lepaskan!" bisikku di telinganya dengan menekan setiap kata-kataku.
Dengan berat hati dia melepaskan pelukannya. Aku segera menjauhkan diriku darinya.
"Sayang, kenapa kau lama sekali datang ke sini? Dan kemana kau semalam? Kenapa tiba-tiba menghilang begitu saja?" tanya Jane kepadaku secara beruntun.
"Aku ada urusan!" jawabku dengan sikat padat dan jelas.
Ku lihat wajahnya di tekuk ketika mendengar jawabanku.
"Kenapa kau selalu saja sibuk? Kapan kau punya waktu untukku? Sebentar saja? Please, Sean." ucapnya sembari terisak ringan.
Pertanyaannya dari mulut Jane barusan, jelas membuat ku kaget bukan main. Dia mengatakan aku selalu sibuk dan tak punya waktu untuknya, dan bukankah itu menegaskan jika ia ingat dengan semua hal yang selama ini terjadi? Lalu mengapa dokter mengatakan jika Jane kehilangan ingatannya.
"Shit! Aku yakin ada yang tidak beres antara Jane dan dokter kemarin! Akan ku cari tahu dan jika mereka membohongiku? Maka, aku tak segan-segan memberi pelajaran karena sudah berani menipuku!" batin ku geram, "Mungkin tidak ada waktu yang akan kusia-siakan hanya untuk menjengukmu," jawabku sinis.
"Apa kau sibuk dengan wanita itu? Jawab aku, Sean!" sambung Jane dengan isakan yang semakin lama semakin menjadi-jadi, "Aku sedang sakit, tidak pernahkah kau berfikir untuk meluangkan waktumu sebentar saja untukku?" sambungnya lagi.
Dasar over akting. Dia memang wanita paling pintar berakting yang aku kenal. Jadi aku sangat yakin jika amnesia yang katanya sedang ia deritai ini, adalah bagian dari akting juga!
"Tidak perlu berlebihan, Jane," ucapku lalu ingin pergi meninggalkan ruangan tersebut sebelum aku semakin muak dengannya. Namun tanganku di tahan oleh ibuku.
"Sean, jangan begitu. Dia sedang sakit jadi emosinya labil," ibu berusaha menenangkanku.
Aku menarik nafas panjang lalu membatalkan niatku untuk keluar dari ruangan tersebut. Aku menatapnya datar, dan tangisannya semakin kencang. Kedua orang tuanya sibuk menenangkannya, sedangkan kedua orang tuaku hanya menatapnya dengan bingung. Kurasa kedua orang tuaku juga memiliki pemikiran yang sama denganku.
"Tenanglah, Jane. Sean hanya untukmu," ucap ibunya Jane sambil mengelus puncak kepala anaknya dan berusaha menenangkan.
Apa katanya? Aku hanya untuk Jane? Kurasa itu hanya akan berlaku didalam mimpi mereka saja.
"Aku akan tenang jika Sean mengatakan kepadaku bahwa wanita yang semalam datang bersamanya itu bukanlah siapa-siapanya, Mom," ucap Jane kepada orangtuanya.
Orang tuanya menatapku dengan tatapan yang tidak bisaku jelaskan. Begitu pun dengan kedua orang tuaku.
"Wanita siapa? Alana maksudmu?" tanyaku.
"Entahlah siapa namanya aku tidak peduli. Yang pasti wanita itu tidak jauh cantik dariku!" ucapnya dengan sangat percaya diri.
Aku menarik nafas panjang. lalu menjawab dengan cepat.
"Dia adalah wanitaku!"
Jane terbelalak dan bertanya pertanyaan yang sangat bodoh menurutku, karena bagiku seharusnya dia sudah mengerti dengan maksud perkataanku tadi.
"Apa maksudmu?" begitu tanyanya.
"Biar ku perjelas. Dia adalah pacarku. Wanita yang aku cintai, yang aku sayangi dan kelak akan menjadi wanita yang akan memberikan keturunan buatku. Apa masih kurang jelas?!" jawabku dengan menekan setiap perkataanku.
Dia semakin histeris. Orang tuanya menatapku dengan tatapan marah sedangkan tatapan orang tuaku? Hmm... entahlah. Ku rasa dari tatapan mereka terselip berbagai macam pertanyaan yang ingin mereka ajukan kepadaku.
"Kau tidak bisa berhubungan dengan siapa pun, Sean! Karena sedari dulu kau sudah dijodohkan dengan Jane. Dan hanya Janelah yang akan mewariskan keturunan darimu bukan wanita lain!" ucap ayah Jane.
Aku tersentak mendengar ucapannya. Namun aku segera mengontrol mimik wajahku agar terlihat biasa saja.
"Apa perlu aku ulangi lagi perkataanku beberapa tahun yang lalu, Mr. Scott?" tanyaku.
Dia tidak menjawab pertanyaanku. Dia menatapku dengan sangat tajam seolah tidak menyukai caraku menjawab ucapannya. Namun aku tidak takut dengannya.
"Oke, akan kuperjelas lagi. Jika saya, Sean Jovano Smith tidak akan pernah menyetujui perjodohan antara saya dan Jane!" ku tekan setiap kata-kataku agar mereka dapat mendengarnya dengan jelas.
Ku lihat Jane menggenggam selimutnya dengan sangat kuat sedangkan ayahnya menatapku dengan sangat dingin.
"Tidak ada kata penolakan, Sean!" ucap Mr. Scott.
***
To be continue
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow instagram : itsviy_
Terima kasih.
Love,
Itsviy (31.07.2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Romance|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...