Sean POV
Sesampainya aku di rumah sakit, aku langsung menuju kamar Jane. Kulihat di ruangan tersebut ada Jane dan ibu serta ayahnya Jane. Kedua orang tuaku sudah pulang ke London kemarin malam setelah mereka menjenguk Jane. Begitulah mereka sangat sibuk dengan urusan bisnisnya, bahkan mereka dapat dikatakan tinggal di udara karena seringnya berpindah dari satu negara ke negara lain. Aku mendekati ibunya Jane.
"Akhirnya kau datang juga, Sean," ibu Jane langsung memelukku.
"Bagaimana keadaan, Jane?" tanyaku.
Ku lihat ayahnya Jane menatap dengan tidak suka setelah mendengar pertanyaanku tadi. Jane mengerjapkan matanya dan tak lama kemudian mata itu terbuka dengan sempurna.
"Sean," ucapnya lalu segera memposisikan tubuhnya menjadi terduduk, "Kemarilah," ucapnya lagi membentangkan kedua tangannya.
Aku hanya diam dan menatapnya.
"Apa kau tidak rindu denganku? Kita sudah hampir dua puluh empat jam tidak ketemu."
"Jangan berlebihan, Jane!" ucapku memotong pembicaraannya.
"Sean, please! Kemarilah, aku ingin memelukmu" ucapnya lagi.
Namun tetap saja aku tidak menghiraukannya. Dia turun dari kasur rumah sakit dan langsung berjalan ke arahku lalu memeluk dan mencium wajahku berkali-kali. Aku sangat tidak suka dengan tindakan lancangnya tersebut. Aku berusaha melepaskan diri darinya. Aku tidak melihat tanda-tanda orang yang sedang sakit dari dirinya, dia terlihat sehat-sehat saja.
"Ku lihat kau sudah sehat, kalau begitu aku pulang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan dan juga aku tidak bisa membiarkan kekasihku menunggu lama," ucapku berbohong soal kekasih.
Ku lihat wajahnya langsung muram ketika mendengar ucapanku. Dia menggenggam tanganku dan tidak mengizinkan aku pergi.
"Lepaskan!" perintahku.
Aku berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar namun ayahnya Jane menghalangi jalanku.
Aku menatapnya, dia pun menatapku dengan tajam. Tidak lama kemudian, dia mendekat ke arahku dan langsung menggenggam kerah bajuku dengan kuat.
"Dasar pria yang tidak tahu diri!" ucapnya sambil menguatkan genggaman tangannya di kerah bajuku membuatku sedikit kesulitan bernafas.
Aku menepis tangannya dengan kasar. Aku tahu mungkin aku bisa dikatakan sangat tidak sopan saat ini. Namun, aku berhak untuk melindungi diriku sendiri.
"Berani-beraninya kau!" ucapnya sambil menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.
Aku menaikkan sebelah alisku. Aku mendengar Jane sedang terisak dibelakangku.
"Dengar! Pria seperti kau seharusnya tidak cocok untuk anakku! Jika bukan karena dia mencintaimu mungkin sekarang kau sudah habis di tanganku!" ucapnya dengan penuh penekanan pada setiap katanya.
"Kau pikir aku takut denganmu, Pak tua?" jawabku seperti sedang menantang dirinya.
Ia mengangkat tangannya hendak menamparku, "Daddy! Hentikan!" teriak Jane.
Dia mendekat ke arahku dan ayahnya, "Aku mungkin kehilangan ingatanku. Namun aku tidak lupa dengan perasaanku terhadapmu dan aku juga tahu jika kau mempunyai perasaan yang sama denganku!" ucapnya dengan sedikit terisak.
"Sean! Apa kau lupa dengan apa yang sudah kita lakukan beberapa bulan yang lalu?" ucapnya.
Aku tidak mengerti dengan arah pembicaraannya. Aku bahkan tidak pernah merasa melakukan hal apapun dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Lãng mạn|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...