SOA [REMAKE] - PART 21 - MEET JOJO

8.1K 379 8
                                    

Sean POV

Wanita gila. Aku sangat kaget pada saat baru saja menginjakkan kaki di ruanganku. Tiba-tiba saja Alana berlari dengan kekuatan penuh dan ketika jaraknya sudah dekat denganku dia melompat. Untung saja aku sigap menangkapnya. Lalu ia memelukku dengan sangat erat. Entah kenapa ia terlihat sangat senang saat ini. Namun, rasanya aku juga senang jika melihatnya senang seperti saat ini. Aku pun membalas pelukannya.

"It's so cute! Thank you!" ucapnya dengan sangat antusias.

Aku berpikir sejenak untuk memahami maksud katanya tersebut. Lalu aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut ruangan, ternyata ruang kecil bernuansa pink tersebut sudah selesai di buat oleh orang suruhanku. Ternyata mereka mengerjakannya dengan sangat perfect. Aku berjanji akan memberikan bonus dua kali lipat ke mereka.

Shit.

Kenapa dia tidak berhenti memelukku? Aku yakin jika dua menit lagi dia tidak melepaskan pelukannya, kami akan sama-sama berakhir dengan lemas di kamar tersembunyiku. Aku benar-benar sudah tidak tahan, entah kenapa sejak bertemu dengan Alana pikiranku sangat kacau. Apalagi jika bersentuhan dan dalam posisi seperti ini. Rasanya adikku di bawah sana sudah ingin melompat keluar dari balik celana.

"Hmmm..." aku bergumam untuk menjernihkan pikiranku, "Kau tahu? Tubuhmu sangatlah berat Alana!" sindirku masih dengan menopang tubuhnya.

Iya terlihat terkekeh, lalu melepaskan pelukannya.

"Sebenarnya apa yang membuatmu mendadak senang seperti ini?" tanyaku pura-pura polos.

"Itu," dia menunjuk ke sudut ruang yang sudah di hias dengan nuansa pink.

"Oh itu, kenapa memangnya?" tanyaku lagi.

"Untukku, kan?" tanyanya sambil memiringkan kepalanya.

"Bukan," jawabku lalu berjalan menuju tempat dudukku.

"Hah? Tapi itu sesuai dengan permintaanku kemarin. Jadi, aku pastikan kalau itu untukku!"

Baru saja aku ingin menjawab perkataannya lagi, namun tiba-tiba ponsel ku berbunyi.

Dan terpampang nama Jane di layarnya. Alana berjinjit untuk mengintip siapa yang menghubungiku, namun aku menahan kepalanya dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kananku menggeser untuk menjawab telpon tersebut.

"Sean sayanggg... Kenapa kau tidak ke sini lagi? I miss you so much. Aku takut di sini sendirian, Sean," ucap Jane sambil menangis tersedu-sedu.

Inilah salah satu kelemahanku. Aku paling tidak bisa melihat seorang wanita menangis. Rasanya hatiku hancur berkeping-keping ketika mendengar seorang wanita menangis di hadapanku. Siapapun wanita tersebut. Mungkin sedikit berlebihan, namun itulah kenyataannya.

"Tenanglah, Jane. Aku akan ke sana sebentar lagi," jawabku dengan halus.

"Ohh ternyata Jane." seru Alana menganggukkan kepalanya lalu pergi menuju ruang yang sudah di sediakan untuknya.

"Suara siapa itu, sayang? Apa kau sedang bersama wanita lain? Oh, sayang. Hatiku sangat sakit ketika tahu jika sekarang kau sedang bersama wanita lain!" Jane semakin menjadi tangisannya.

Aku membuang nafas kasar. Entah kenapa aku merasa jika Jane sedikit berlebihan kali ini.

"Tunggulah, Jane. Aku segera ke sana," jawabku lalu mematikan sambungan telpon, sebelum ia sempat menjawab lagi.

Aku menghubungi sekretarisku, tapi bukan Alana melainkan Jordan. Ya sekretarisku adalah seorang pria dan dia sudah bekerja denganku selama dua tahun belakangan ini. Dia tipe orang yang rajin dan telaten dalam pekerjaannya, namun ada satu kekurangannya yaitu dia selalu bertindak seperti seorang wanita. Aku menghubunginya.

"Hallo, my Boss tampan. Ada apa?" jawabnya. Ya, beginilah cara dia setiap mengangkat teleponku.

Jijik? Ya awalnya begitu, namun sekarang rasanya sudah tidak ada lagi rasa itu. Apalagi melihat kinerjanya, aku bahkan berani memberinya gaji di atas rata-rata.

"Datang ke ruanganku sekarang juga!" perintahku mematikan telponnya.

Beberapa detik kemudian, seseorang mengetuk pintuku.

"Ma—"

"Masuk saja, pintunya tidak di kunci!" teriak Alana.

Barulah aku ingin mengatakan masuk, namun Alana dengan semangatnya menjawab hal yang sama seolah dialah pemilik ruangan ini. Aku menatapnya sinis, sedangkan dia malah tersenyum sangat lebar.

"Ku dengar ada suara wanita di sini," oceh Jordan saat memasuki ruangan. Ia kemarin memang izin karena suatu urusan yang harus ia kerjakan sehingga dia belum bertemu dengan Alana. Ia mengedarkan pandangannya. Lalu mendekati meja Alana.

"Wah ternyata itu dia orangnya. Kau sangat manis sekali, Nona. Siapa namamu?" tanya Jordan lalu menjulurkan tangannya dengan lentik.

Ku lihat Alana terkekeh melihat tingkah Jordan tersebut.

"Alana Joysilia Gibson. Kau sendiri?" jawab Alana.

"Wahhh... Apa kau adiknya Max yang tampan itu?" tanya Jordan dengan sangat antusias.

"Ya, begitulah"

Sial. Aku seperti dianggap tidak ada oleh mereka.

"Tolong sampaikan salamku untuk kakakmu yang super duper tampan itu ya? Katakan saja aku sudah sangat rindu melihat wajahnya yang tampan, tubuhnya yang kekar dan hmmm... sesuatu yang tidak enak untuk di sebut," ucap Jordan dengan nada berlebihan.

Alana tertawa sangat lepas mendengar nada bicara dan ekspresi yang ditunjukkan oleh Jordan. Sedangkan aku hanya bisa menarik nafas panjang, untuk menahan diri agar tidak kelepasan memukul kepala Jordan supaya dia bisa berpikiran normal lagi.

"Oh iya, kau belum menjawab pertanyaanku. Siapa namamu?" Alana mengulang pertanyaannya.

"Astaga! Sampai lupa. Namaku Johana. Kau bisa memanggilku Hana, Nana, Joha, atau Jona terserah kau saja. Asalkan jangan panggil aku Jojo karena nama itu terlalu jantan untukku," jawab Jordan memalsukan namanya.

Aku hanya bisa menggeleng-geleng mendengarkan jawabannya tersebut. Beginilah dia jika sudah menggila, bahkan dia tidak menghiraukan keberadaanku dan Alana semakin tidak bisa menghentikan tawanya.

***

To be continue

Jangan lupa vote dan comment yaa

Follow instagram : itsviy_

Terima kasih.

Love,

Itsviy (31.07.2018)

STORY OF ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang