"HAH?!" ucap Alana dengan suara sangat besar ketika sadar dengan maksud omongan sang kakak, "Sialan! Dia mengambil kesempatan dalam kesempitan!" ucap Alana dengan nada sinis.
"Dia memang begitu orangnya. Maka itu kau jangan terlalu dekat dengannya, Alana," ujar Max mencoba melarang adiknya.
"Kenapa?" tanya Alana.
"Tidak apa. Aku hanya tak suka jika harus mempunyai adik ipar seperti dia," jawab Max dengan nada mengejek Sean.
"Ah sudahlah, tidak perlu di bahas," Alana menyudahi pembicaraan mereka mengenai Sean, "Oiyah..." sambung Alana.
"Mommy..." ucap Alana dan Max berbarengan.
"Kau dulu," lanjut Max.
"Apakah Mommy mencariku?" tanya Alana dengan kepala dimiringkan.
"Menurutmu? Satu jam kamu tidak ada kabar saja Mommy pasti akan sangat khawatir. Apalagi seharian kaya seperti ini. Apa kau sudah memberi kabar jika kau sudah sampai sejak kemarin, hem?" ujar Max bertanya
Alana mengaruk kepalanya yang tidak gatal sembari tersenyum kikuk. Ia tahu hal ini tidak seharusnya dilakukan, mengingat sang ibu adalah wanita yang sangat protect terhadap kedua anaknya.
"Lalu, apakah kau sudah memberitahunya jika ponselku hilang saat di bandara Bali kemarin?" tanya Alana lagi.
"Tentu," jawab Max lalu berlalu begitu saja meninggalkan Alana.
"Max tunggu!" Alana menyusul Max.
"Apalagi?" Max berbalik menghadap Alana.
"Kau ini tidak peka sekali sih!" Alana memajukan bibirnya dan melipat kedua tangannya didepan dada.
"Peka apanya?" tanya Max dengan polosnya.
"Aduh, Max. Kau tahu kan kalau ponsel ku hilang?"
"Iya"
"Lalu?" tanya Alana berharap Max peka dengan kemauannya.
"Apa?" Max balik bertanya.
"Maxxx..." Alana merengek seperti anak kecil.
"To the point, please," Max sudah lelah melihat tingkah Alana yang terkadang kekanak-kanakan.
"Kau tidak ada niat untuk membelikanku handphone baru?" Alana memasang senyum termanisnya.
"Tidak."
"Max, pleaseee..." rengek Alana lagi.
"Kau bisa membeli ponsel baru dengan uang jajanmu sendiri Alana. Aku rasa jika kau membeli seratus ponsel pun, uang jajanmu tidak akan habis!"
"Max, dompetku hilang, bahkan semuanya hilang. Yang tersisa hanya data diriku yang ada di koper!" kali ini Alana merengek sembari menarik lengan sang kakak.
Max menarik tangannya dari genggaman Alana sebelum akhirnya pasrah dengan permintaan sang Adik.
"Oke baiklah. Besok aku akan menyuruh orangku untuk membelikan ponsel baru untukmu. Puas?"
"Nah, begitu dong!" Alana meloncat-loncat kegirangan, lalu memeluk Max dengan sangat kencang.
"Uhuk... Uhuk..." Max terbatuk-batuk akibat pelukan Alana yang terlalu kencang itu.
"Opsss... Hehehe.. " Alana terkekeh melihat Max yang terbatuk akibat ulahnya tersebut.
"Kalau begitu aku mau ke kamarku. Bye, Maxxx..." Alana mengecup pipi kanan sang kakak dan berlarian ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Romance|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...