Alana POV
Aku dan Sean membalikkan tubuh kami serentak untuk menghadap kearah orang yang telah memanggil kami. Ternyata dia adalah si pria pemimpin rapat tadi.
"Aku, Daniel Maxwel," ia menjulurkan tangannya kearahku.
Aku pun dengan enggan menjabat tangannya. Namun, tiba-tiba di mengecup punggung tanganku.
"Apa pria ini gila?" batinku.
Dari awal pertemuan saja aku sudah bisa menilai jika pria dihadapanku ini adalah pria hidung belang. Aku menarik tanganku dari genggamannya. Ku lirik Sean, dia terlihat tidak peduli dengan kami.
"Jangan membuang waktuku, Daniel!" ucap Sean dengan ketus.
"Santai, Brother. Aku hanya ingin memberi ini pada sekretaris pribadimu," jawabnya mengangkat tangan kiri yang sedang menenteng sebuah paper bag.
Ia memberikan paper bag tersebut pada ku dan aku melihat isi paper bag tersebut.
"Pakaian wanita?" batin ku bertanya.
Aku segera mengembalikan paper bag tersebut, karena pikiran jelek sedang berada di isi kepalaku.
"Kenapa?" tanya Daniel bingung ketika aku mengembalikan paper bag tersebut.
"Aku hanya tidak ingin wanita pemuas nafsumu dan pulang dengan pakaian sobek!"
"Hahaha..." Sean tertawa mendengar jawabanku.
"Kau lihat, Daniel! Wanita yang baru mengenalmu beberapa jam saja sudah bisa menilai jika kau adalah pria bajingan!" sambung Sean mengejek Daniel.
"Shit! Tutup mulutmu, Sean!" umpat Daniel kesal mendengar ucapan Sean.
"Ayo, Alana," ajak Sean untuk meninggalkan Daniel.
Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah Sean. Dari belakang aku bisa mendengar teriakan Daniel.
"Hati-hati dengannya, Alana! Dia tidak jauh beda denganku"
Namun, aku mengabaikannya. Sebelum dia berbicara seperti itu pun aku sudah tahu jika aku harus berhati-hati dengan Sean. Bukan hanya harus berhati-hati dengan tindakannya yang semaunya saja, tapi aku juga harus berhati-hati untuk tidak terjebak dalam pesona ketampanannya. Ya, aku akui jika Sean memiliki wajah yang sangat tampan, bahkan ku rasa pada saat Tuhan menciptakannya, mungkin Tuhan sedang sangat bahagia.
Dia memiliki wajah dan tubuh yang sangat diimpikan oleh seorang wanita untuk dijadikan pasangan hidup, selain itu dia juga sudah sangat mapan di usia yang terbilang cukup muda yaitu dua puluh lima tahun. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menghilangkan pikiranku tentang Sean.
"Kenapa kau?" tanya Sean bingung melihatku yang tiba-tiba menggelengkan kepalaku.
"Tidak apa-apa," jawabku.
Kami sampai di tempat parkir di mana Sean memarkirkan mobilnya. Aku dan dia pun masuk ke dalam mobil bersamaan, kemudian Sean langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal.
"Sekarang mau kemana kita?" tanyaku, menghilangkan kecanggungan yang terjadi.
"Kantorku," jawabnya singkat.
"Sean bisakah kita pulang dulu ke rumah? Setidaknya aku harus bersiap-siap dan mengganti pakaianku," pintaku.
"Tidak!"
Mendengar jawabannya tersebut membuatku ingin mencekiknya saat ini juga. Apakah tidak puas dia sudah membuatku malu di satu perusahaan? Sehingga dia mau membuatku malu lagi di perusahaannya. Namun aku tidak ada niat untuk mengajaknya berbicara lagi. Jadi, kuputuskan untuk diam saja disepanjang perjalanan. Sesampainya kami di kantor Sean, ia turun terlebih dahulu. Aku menarik nafas panjang lalu membuangnya lewat mulut secara berulang kali sampai aku merasa sedikit enakan. Sean tiba-tiba membukakan pintuku dan membungkukkan tubuhnya sehingga sejajar denganku.
"Apa kau masih lama?" tanyanya.
Aku mendorong ringan tubuhnya dan keluar dari mobilnya.
"Kenapa kau sekarang terlihat gugup?" tanya Sean namun terdengar seperti ejekan bagiku.
"Bukan urusanmu!" jawabku lalu melangkah dengan cepat meninggalkannya.
Aku berjalan menuju lift pegawai dan untuk kedua kalinya aku menjadi pusat perhatian di perusahaan ini. Tapi, aku berusaha masa bodoh dan tidak menghiraukan mereka. Toh, apapun yang mereka bicarakan tentangku tidak akan berpengaruh apa-apa denganku. Saat pintu lift terbuka, aku melangkahkan kakiku untuk masuk kedalam. Namun, tanganku di pegang dari belakang oleh seseorang dan ia menarikku untuk menuju ke lift pribadinya.
Orang itu siapa lagi jika bukan Sean. Aku sedang tidak ingin berdebat dengannya jadi aku pasrah saja mengikuti langkahnya dengan tangan kami yang saling bertautan. Kami masuk ke dalam lift.
"Semua wanita memang sangat ingin menggenggam tanganku seperti ini," sindir Sean.
Ketika mendengar Sean berbicara begitu, aku segera melepaskan tanganku dari genggamannya.
"Cihhh... Jangan terlalu percaya diri sekali, Mr. Smith" aku balas menyindir dia.
Sean hanya menanggapiku dengan tertawa singkat.
Ting.
Pintu lift terbuka, kami sekarang sudah berada di lantai tempat ruangan Sean berada. Aku keluar terlebih dahulu dan tak peduli tanggapan orang-orang tentang ku. Aku merasa harus cepat keluar dari lift tersebut sebelum aku kejadian kemarin terjadi lagi. Aku membuka pintu ruangan Sean begitu saja, dan menutupnya sebelum si tuan Smith itu masuk ke dalam.
Pandanganku seketika terpaku ketika melihat salah satu sudut diruangan Sean yang sudah terdapat suatu ruang kecil untuk bekerja. Aku yakin jika tempat itu memang disediakan untukku karena sangat sesuai degan apa yang aku minta. Ketika Sean masuk ke dalam, aku langsung berlari kearahnya dan melompat. Dan dia menangkapku dengan sangat tepat, lalu aku memeluknya erat. Entah setan apa yang ada dalam diriku, namun aku sangat senang dengan ruangan kecil yang dia buatkan untukku sehingga aku berani memeluknya begini.
"It's so cute! Thank you!" ucapku dengan antusias.
(Pic : Daniel Maxwel)
***
To be continue
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow instagram : itsviy_
Terima kasih.
Love,
Itsviy (31.07.2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Romance|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...