Author POV
"Kau—" ucap Alana sambil menyipitkan kedua bola matanya mengamati pria di hadapannya.
"Edward. Atau kau bisa memanggilku, sayang, honey, atau yang lainnya. Aku tidak masalah," ucap pria di hadapan Alana yang ternyata adalah Edward.
Edward sebenarnya hanya menebak saja jika Alana akan makan di kantin, namun ternyata tebakannya tersebut benar.
"Aku tidak menanyakan namamu," ucap Alana dengan cuek.
Edward tersenyum miring. Alana mengeluarkan uang seratus ribu sebanyak lima lembar dari dompet Jordan, lalu menarik tangan Edward dan menaruh uang tersebut di telapak tangan Edward.
"Ambillah," ucap Alana meninggalkan Edward begitu saja.
Namun, Edward tidak menyerah, ia malah mengikuti Alana dari belakang. Alana duduk di hadapan Jordan dengan muka yang sangat kusut. Tidak lama kemudian, Edward menarik kursi dari meja lain lalu ditempatkannya di samping Alana, dan dia duduk disana. Jordan dan Alana menatap Edward dengan bingung.
Edward menarik tangan Alana, lalu mengembalikan uang yang tadi Alana kasih kepadanya.
"Kalau cuma lima ratus ribu itu tidak masalah bagiku," ucap Edward dengan sombongnya.
Alana hanya bisa mendengus kesal, sedangkan Jordan dia lebih memilih diam tidak ingin mencari masalah. Alana memasukkan kembali uang Jordan dan mengembalikan dompet tersebut. Tidak lama kemudian, segala jenis makanan dan minuman yang telah di pesan Alana datang. Tanpa menghiraukan Jordan dan Edward dia langsung menyantap makanannya tersebut dengan sangat lahap.
"Uhuk... Uhuk..." Alana tiba-tiba saja tersedak, mungkin karena Ia makan dengan sangat terburu-buru.
Edward yang melihat Alana tersedak langsung dengan sigap memberikan minuman ke Alana. Dan setelah Alana minum, Edward membersihkan mulut Alana dengan sapu tangan yang Ia bawa. Edward, Alana dan Jordan tidak menyadari bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan sangat tajam. Dan pemilik sepasang mata tersebut ialah Sean.
🍒🍒🍒
Sean POV
Aku sebisa mungkin menahan emosiku ketika melihat Edward sedang membersihkan mulut Alana dengan sapu tangannya. Aku sangat sadar jika saat ini aku dan Alana memang belum memiliki hubungan apa pun, jadi jika sekarang aku ke sana dan menghajar Edward karena sudah berani mendekati Alana? Ku rasa itu sama saja dengan aku menjatuhkan harga diriku sendiri. Jadi, aku memutuskan untuk memperhatikan mereka dari jauh.
Kulihat Edward mulai berani menyentuh Alana. Dan hal tersebut membuatku sangat kesal, namun tidak bisa dipungkiri jika hati kecilku sedikit senang ketika melihat Alana menepis tangan Edward ketika pria brengsek itu ingin menyentuh tangan Alana. Aku memperhatikan dengan tajam setiap gerak-gerik mereka dan ini pertama kalinya aku merasa tidak suka jika ada seorang pria sedang mendekati wanita yang lagi dekat denganku.
Dulu aku selalu memberikan kebebasan dengan wanita yang dekat denganku untuk dekat dengan pria mana pun, namun kali ini tidak tahu kenapa aku sangat tidak suka jika melihat ada pria yang menggoda ataupun mendekati Alana. Padahal Alana bukanlah siapa-siapaku. Ponselku tiba-tiba berbunyi menandakan ada yang menelepon. Kulihat nama Jane tertera. Aku malas sekali mengangkat telepon darinya, namun mau bagaimana lagi aku pun masih punya hati untuk tidak menyakiti orang yang sedang sakit.
"Hallo," sapaku.
"Hallo, Sean," aku heran ketika mendengar suara orang di telepon tersebut, ini adalah suara ibunya Jane bukan suara Jane.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Romance|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...