Author POV
"Hai, selamat pagi adik ipar," sapa wanita yang ada dihadapan Alana dengan sangat ceria dan langsung memeluknya.
Alana berontak dalam pelukan itu, namun ia semakin kencang memeluk Alana.
"Lepaskan aku, wanita gila!" teriak Alana sembari memberontak.
Akhirnya wanita itu melepaskan dan Alana menatapnya dengan tatapan sinis. Namun, bukannya membalas kasar ocehan Alana, si wanita tak di undang malah tersenyum sangat lebar menunjukkan barisan gigi putihnya tersebut.
"Mau apa kau kesini?" tanya Alana dengan nada tak bersahabat.
"Memangnya aku salah apa menemui calon adik iparku sendiri?"
"Cih, jangan harap Max mau sama wanita sepertimu," Alana berdiri dari kursinya dan berniat untuk masuk ke dalam kamarnya lagi.
Baru beberapa Alana melangkah, ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Alana berbalik.
"Kau ini! Kenapa mengikuti aku?" bentak Alana.
"Hmm, aku hanya ingin dekat denganmu. Tidak baik loh menolak ajakan pertemanan seseorang"
"Terserah"! Alana melanjutkan langkahnya dengan cepat.
Dan ketika sudah masuk kedalam kamarnya, ia langsung menutup pintunya rapat-rapat sebelum Chole ikutan masuk ke dalam juga. Ya, wanita tersebut adalah Chole adik Sean dan wanita penggila Max. Alana menyenderkan tubuhnya di balik pintu, dan dia mendengar Chole mengumpat di balik pintu.
Alana terkekeh di dalam kamar. Ia bukannya tidak ingin berteman dengan Chole, hanya saja Alana sedang ingin mengerjai Chole untuk melihat seberapa besar tekadnya untuk mendapatkan hati keluarga Max. Alana mendekati kasurnya ketika ia mendengar langkah kaki menjauh dari kamarnya. Alana merasa dia tidak mempunyai acara apa-apa hari ini jadi dia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya.
Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok ...
Tetapi Baru lima menit Alana memejamkan matanya, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang dengan sangat cepat seolah sedang ada sesuatu yang sangat mengkhawatirkan diluar sana.
"Sialan! Apakah dia tidak bisa mengetuk pintuku dengan santai!" umpat Alana.
Alana berjalan dengan sangat enggan ke arah pintu tersebut. Lalu membukanya dengan sangat cepat.
"Awww..." rintih Alana ketika seseorang di luar sana tidak sengaja mengetuk-ngetuk kepala Alana yang dikira pintu.
"Apa kau tidak santai saja, hah?" bentak Alana kepada siapa pun orang di depannya tanpa memperhatikan wajah orang tersebut, bahkan Alana tidak peduli jika orang tersebut adalah Max. Yang Ia tahu, sekarang dia sangat marah karena orang tersebut terlalu berlebihan mengetuk pintunya.
"Apa kau tahu jam berapa ini?" seseorang di depan Alana tersebut malah bertanya balik dengan santainya.
Alana merasa tidak asing dengan suara tersebut. Ia tahu betul jika suara tersebut bukanlah suara Max melainkan suara Sean.
"Tadi adikmu, sekarang kau, mau apa kalian ini sebenarnya?"
"Jam berapa ini?" Sean bukannya menjawab pertanyaan Alana, ia malah mengulang pertanyaan sebelumnya.
"Tunggu sebentar," Alana berbalik meninggalkan Sean untuk melihat jam dinding yang ada dikamarnya.
Setelah melihat jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul berapa, Alana balik menuju Sean.
"Pukul 11:30. Apa kau tidak punya jam di rumahmu?" tanya Alana dengan nada mengejek.
Sean menarik tangan Alana, dan membawanya keluar rumah. Alana tidak pasrah begitu saja, Ia tidak henti-hentinya memberontak dan berteriak minta dilepaskan. Tapi percuma saja, tidak ada satupun orang yang membantu. Akhirnya Alana pasrah saja ketika Sean memasukkan Alana ke dalam mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumah Alana. Lalu, ia menutup pintu mobil bagian Alana dan memutari mobil untuk masuk kedalam bagian kemudi.
"Mau kau ajak ke mana aku?" tanya Alana
Sean diam saja, lalu dia mendekatkan badannya kearah Alana. Spontan Alana menutup matanya karena ia pikir Sean hendak menciumnya. Namun ternyata Sean ingin memakaikan seatbelt ke tubuh Alana. Alana membuka matanya ketika Sean sudah berada pada posisi pengemudi lagi, dan wajah Alana memerah karena menahan malu.
"Hmmm..." Alana bergumam untuk menghilangkan kecanggungan, "Kita mau kemana?" tanya Alana lagi.
Namun Sean tetap saja mendiamkannya. Alana akhirnya menyerah untuk mengajak bicara Sean, jadi dia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya di mobil Sean. Sesampainya mereka di suatu tempat Sean membangunkan Alana.
"Al, bangun" Sean menepuk pipi Alana pelan.
Alana mengerjapkan matanya beberapa kali, sampai benar-benar sadar. Ia kaget melihat wajah Sean yang begitu dekat dengan wajahnya. Lagi-lagi Alana berpikir Sean akan menciumnya sehingga Ia memejamkan matanya kembali.
"Huh," Sean meniup muka Alana.
Alana membuka matanya
"Cuci otak kotormu itu," ucap Sean sambil terkekeh.
Lalu Sean keluar dari mobil disusul oleh Alana. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, ternyata Sean mengajak Alana ke sebuah perusahaan besar tapi Alana tahu perusahaan tersebut bukanlah perusahaan Sean ataupun Max.
Alana dan Sean masuk ke dalam, dan merasa semua orang di perusahaan memperhatikannya dan Sean. Namun tatapan orang-orang tersebut saat menatap Sean adalah tatapan kagum sedangkan ketika mereka menatap Alana mereka menunjukkan tatapan geli. Alana tidak tau kenapa orang-orang tersebut menatapnya demikian, sehingga ia pun menyejajarkan langkahnya dengan Sean dan langsung menggandeng lengan Sean seperti orang yang sedang berpacaran.
"Sean," bisik Alana.
Sean hanya menolehkan wajahnya ke arah Alana.
"Kenapa orang-orang di sini memperhatikanku?" bisiknya lagi.
Sean tidak menjawab Alana dengan kata-kata namun ia menjawab dengan arah tatapan matanya. Alana seperti mengerti dengan tatapan Sean tersebut, ia pun mengikuti arah pandang Sean.
"Oh my God!"
***
To be continue
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow instagram : itsviy_
Terima kasih.
Love,
Itsviy (31.07.2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF ALANA
Romance|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK #Hr : 51 in romance. The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. *** Berani, cerdik dan ceroboh tiga kata yang bisa mendeskripsikan wa...