15 Sept 2017
Gue punya keluarga, tapi seolah mereka nggak pernah ada di hidup gue. Kami berpecah karena ego masing-masing. Jadi, gue rasa keluarga nggak banyak berarti di hidup gue selama ini.
Ponselku terus berdering daritadi. Sedikit pun rasanya berat untuk membuka mata, apalagi sampai menggerakkan salah satu anggota tubuh hanya untuk menggapai ponsel-sialan-pintar itu.Demi Tuhan, rasanya aku baru tertidur beberapa menit! Ini kenapa tiba-tiba sudah pagi aja?! Tidurku berasa kurang afdol. Apalagi bunyi panggilan masuk itu, bikin kepalaku mendadak pusing karena terganggu oleh bunyi itu.
Dengan kesal, aku mengerang sambil membuka mata. Berguling-guling untuk meraih sumber suara. Pas aku duduk, ternyata bunyinya berhenti. Aku semakin kesal dan menendang selimutku ke sembarang arah.
"Udah bangun, pas mau dicari malah mati!" kesalku, membanting kembali tubuhku dan berniat memejamkan mata.
Tapi sial, belum sampai mata ini terpejam sempurna, ponsel itu berdering lagi. Aku mengacak rambutku kesal. "Ini siapa sih yang gengges banget pagi-pagi?!"
Meraih ponsel-sialan-pintar itu di nakas, aku langsung menggeser lambang telepon berwarna hijau dan menempelkan di telinga tanpa minat.
"Hem?"
"LO BARU BANGUN YA?! NGGAK SHALAT SUBUH?! KULIAH, BEGO!!"
Oh. Aku kenal suara ini. Siapa lagi yang bisa seperti cewek bar-bar di pagi buta begini, selain dia?!
"Apaan sih teriak-teriak aja!"
"Lo abis mabok ya?!"
"Nggak!"
"Kenapa baru bangun?"
"Ngantuk!"
"Yaelah, orang budeg juga tau lo ngantuk cuma dari suara gini. Sana mandi!"
"LO NGAPAIN SIH NELPON GUE PAGI-PAGI?! GANGGU BANGET, SETAN!!!" gantian aku yang marah. Kesel gila!
Dia malah terbahak di ujung sana, aku mendesis. Punya kakak kampret abis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehitam Brownies Seputih Susu
Teen FictionApa yang lebih buruk dari masa lalu? Masa sekarang yang tidak dihargai dan hanya dianggap sebelah mata oleh orang lain. Begitulah, sejengkal pun aku tak pernah meminta sesuatu yang menyulitkan sepanjang hidupku. Aku hanya ingin memaafkan masa lalu d...