Part 7

2.6K 301 44
                                    

Minggu, 29 Okt 2017

Kapan sih, momen Aira bisa nurut sama orang lain?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kapan sih, momen Aira bisa nurut sama orang lain?

Jawab:
Kalo ada orang yang bisa bikin gue nurut sama omongan dia, nggak neko-neko lagi, berarti dia hebat sekaligus spesial.

Jawab:Kalo ada orang yang bisa bikin gue nurut sama omongan dia, nggak neko-neko lagi, berarti dia hebat sekaligus spesial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Aira, beli apa?"

Aku menoleh setelah mendapat tepukan di pundak, mendapati Bu Risma tetanggaku, dia sedikit melirik pada keranjang belanja yang kubawa.

Aku tersenyum tipis, sedikit mundur dan menyahut seadanya. "Cemilan buat temen-temen, Bu."

Bu Risma mengangguk-angguk. Dia adalah tetangga sebelah rumah yang memang sejak dulu sudah dekat dengan keluargaku. Kulihat ia seolah mengecek belanjaannya di keranjang.

"Siapa aja temen-temen kamu, Ra?"

"Banyak, Bu."

"Cowok-cowok? Atau cowok-cewek?"

Lha, mulai kepo nih.

"Cewek-cowok kok, Bu."

Bu Risma manggut-manggut. "Kamu hati-hati ya, Ra. Jaga diri, kamu kan tinggal sendirian, jangan asal bawa temen."

Aku mengangguk, malas menyahut nasihat ibu di belakangku ini. Lalu depanku mulai maju selangkah, aku mengikutinya di belakang.

"Temen Aira juga cuma itu-itu aja kok, Bu."

Dia nampak meneliti wajahku, beralih ke rambutku dan meniti penampilanku. Aku mulai risih dinilai seperti itu olehnya.

"Hati-hati, jangan sampe ibu-ibu makin ngomongin kamu."

Mendadak aku tersenyum miring, terbukti kalau ibu-ibu menjadikanku salah satu objek gunjingan mereka. Seharusnya, ada beberapa prinsip yang jadi pertimbangan mak-mak komplek sebelum bergunjing, yakni; 1) memastikan kebenaran, 2) bertanya langsung pada tersangka, 3) tutup mulut karena bukan menjadi urusannya.

Kurasa, Bu Risma ini satu dari sepuluh mak-mak (bukan) nyinyir yang telah menerapkan peraturan itu. Karena, hanya dia yang berani menasihatiku seperti ini.

Sehitam Brownies Seputih SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang