Part 14

2.2K 281 28
                                    

14122017

Ditinggal orang tua karena keegoisan masing-masing adalah sakit paling parah, menyaingi disayat-sayat pakai pisau dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditinggal orang tua karena keegoisan masing-masing adalah sakit paling parah, menyaingi disayat-sayat pakai pisau dapur. Iya, gitu.

Dari dulu, aku tidak percaya keajaiban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari dulu, aku tidak percaya keajaiban. Walaupun dalam hati, aku selalu meminta datangnya hal itu. Aku selalu memohon pada Tuhan untuk menurunkan keajaiban yang selalu diagungkan banyak orang itu padaku.

Tapi nyatanya, keajaiban itu tetap tidak ada. Atau mungkin, di sini hanya aku yang belum mendapatkan hal itu?

Karena sebenci apapun aku pada keadaan, tetap saja aku tidak bisa membenci Tuhan. Apalagi Papa, aku hanya sedikit kecewa dengannya. Namun, sepertinya yang kubenci itu Mama.

Mungkin, akan lebih pantas kalau aku menyebut emosiku ini sebagai kecewa berat dan kadarnya pada Mama ada di skala 4/5.

Semalam pun tidurku nggak tenang. Seolah ada yang mengganjal. Jelas sekali jauh di pikiran terdalam, aku memikirkan kira-kira balasan apa yang Papa berikan setelah aku mengatakan hal sesensitif itu tadi malam.

Sekarang yang terjadi malah aku tidak siap membuka ponsel. Daritadi hanya membuka kunci, menekan password, lalu menguncinya lagi. Begitu terus, dilakukan berulang kali.

Ada notifikasi yang muncul pun, aku ngeri sendiri. Sebenarnya aku penasaran, apakah Papa sudah membalas pesanku atau justru diabaikan. Maka, dengan rasa penasaran yang memuncak, aku membuka lagi ponselku yang terkunci dan membuka aplikasi chat. Ada banyak pesan belum terbaca, terutama dari Papa.

Seketika degub jantungku bertalu kencang, tanganku mendadak kaku dengan aliran darah yang sepertinya membeku di kepala. Aku ingin marah, tapi yang terjadi justru aku tak berbuat apapun. Hanya ada sesak yang menyakitkan dada begitu aku melihat chat dari Papa.

(Masih) Papa:
Kenapa Aira anak Papa bisa bilang begitu? Papa minta maaf kalau selama ini sudah bikin hati kamu sakit, atau bahkan meninggalkan trauma buatmu, Papa sendiri nggak akan pernah tahu rasanya seperti apa. Aira, maafin Papa nggak pernah bisa jadi Papa yg baik. Papa sayang sama Aira sampai akhirat nanti. Kalau aira butuh bantuan pun, Papa yang akan jadi orang paling depan untuk nolongin Aira, selagi Papa masih hidup.

Sehitam Brownies Seputih SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang