18 Nov 2017
Aku dan Levin masih terjebak dalam keheningan sejak kami keluar dari rumahku beberapa belas menit lalu. Sekarang dia masih fokus dengan jalanan dan sama sekali tidak mengajakku ngobrol atau sekedar melirik dari kaca spion.
Mungkin dia juga bingung mau mengajakku bicara dengan cara apa. Dia memberiku ruang untuk menenangkan diri setelah dia menenangkanku di rumah tadi. Aku pun menghela napas pelan, membuka kaca helm serta masker dan berbicara dari belakang telinga Levin.
"Lo tadi katanya mau isi bensin?" tanyaku mengingatkannya dengan suara masih serak, yang hanya dibalas anggukan oleh Levin.
Jarak sekilo ada pom bensin. Aku pun turun dari motornya saat kami mengantri giliran pengisian. Dia masih belum mengeluarkan obrolan seperti biasa, tapi sejak tadi aku tahu dia mencuri pandang ke arahku.
"Lo udah baik-baik aja?" tanyanya dengan mulut tertutup masker.
Aku mengangguk, memaksakan senyum.
"Serius?"
Heuh, Levin mulai deh. Aku hanya memutar bola mata sambil tersenyum miring. "Kenapa emang?"
Dia diam sejenak, sudah giliran memajukan motornya lalu menatapku lagi.
"Gue boleh nanya sesuatu, nggak?"
Aku menaikkan sebelah alis sebagai jawaban.
"Udah lama sih gue penasaran, tapi nggak enak mau ngomong. Nanti aja di Area Payung ngomongnya, nggak enak di sini orang bisa gampang denger."
"Kan sama aja," kataku, dan Levin hanya balas mengedikkan bahu, lalu memasang masker lagi dan aku mengikuti Levin yang sudah mendapat giliran mengisi bensin.
"Setelah gue liat keadaan lo serapuh tadi, trus gue liat chat-an lo sama Papa, gue langsung muncul pertanyaan baru, Nyet," kata Levin.
Kami sekarang sudah ada di kantin Area Payung, seperti biasa. Aku ditemani sepiring brownies dadu dari kantin Bu Marinda dan sebatang rokok, lalu Levin yang ditemani secangkir kopi juga sebatang rokok. Kami duduk berdua dari tadi, teman-temanku belum ada yang datang karena kelas mulai jam 1 siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehitam Brownies Seputih Susu
Ficção AdolescenteApa yang lebih buruk dari masa lalu? Masa sekarang yang tidak dihargai dan hanya dianggap sebelah mata oleh orang lain. Begitulah, sejengkal pun aku tak pernah meminta sesuatu yang menyulitkan sepanjang hidupku. Aku hanya ingin memaafkan masa lalu d...