Apa yang lebih buruk dari masa lalu?
Masa sekarang yang tidak dihargai dan hanya dianggap sebelah mata oleh orang lain.
Begitulah, sejengkal pun aku tak pernah meminta sesuatu yang menyulitkan sepanjang hidupku. Aku hanya ingin memaafkan masa lalu d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kasih sayang seorang ibu memang nggak pernah luntur, ya! Dan itu yang gue rasain hari ini. Sebesar apapun kesalahannya, dia tetap jadi ibu yang punya kasih sayang melimpah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deon mengantarku sampai di rumah jam delapan malam. Jalanan Jakarta saat jam pulang kerja tuh jahat banget deh, sumpah. Tua di jalan banget.
Kami belum turun dari mobil. Aku dan Deon masih betah dalam kebisuan sejak lima menit yang lalu. Dia tidak ada niatan untuk memulai percakapan, begitupun denganku.
Aku berinisiatif duluan membuka percakapan. "Lo mau masuk dulu, nggak?" tanyaku sambil melepas seat belt tanpa berani menatapnya, karena sejak tadi tatapannya belum lepas memerhatikanku.
Deon mengangguk. Dia ikut melepas seat belt-nya dan turun lebih dulu.
Kami pun berjalan masuk ke rumah. Namun, saat aku berniat mencari kunci di tas, Deon menahan pergerakan tanganku dengan menyentuh lenganku. Dia melirik bergantian antara melihatku dan pintu.
"Pintunya nggak lo kunci?"
Aku mengerutkan kening. Aku bahkan ingat dengan jelas tadi pagi menguncinya sebelum berangkat. Mana mungkin sekarang pintunya tidak terkunci?
"Sotoy. Jelas-jelas gue kunci kok."
Deon berdecak. "Lo liat dong, itu keliatan banget besi kuncinya di sela-sela pintu nggak ada."
Deon yang ngotot begitu, membuatku langsung menyadarinya dan cepat-cepat membuka kenop pintu.
Belum sempat pintu terbuka, seseorang menariknya dari dalam. Aku dan Deon langsung berdiri kaku melihat orang yang membuka pintu.
Hng ... Mama? Tumben, ngapain dia pulang ke rumah malam-malam begini? Mobilnya kok nggak ada?
Duh, kepalaku langsung dibanjiri oleh pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaannya tiba-tiba di rumah.