Part 8

2.5K 306 48
                                    

04112017

"Nanti lo balik sendiri nggak apa-apa, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nanti lo balik sendiri nggak apa-apa, kan?"

Pertanyaan Levin membuatku menoleh sekaligus membulatkan mata padanya. Kenapa sih, dia tanya hal krusial seperti ini mendadak? Padahal kalau dia bilang dari kemarin, aku lebih baik bawa mobil sendiri. Hari ini adalah dies natalies fakultas komunikasi ke-18 tahun.

"Gapapa," sahutku singkat.

Melanjutkan jalan menuju aula fakultas komunikasi, Levin membuntutiku dari belakang. Cewek, ditanya seperti itu jawabannya pasti 'gapapa', padahal dalam hati ngedumel begini.

"Seriusan, anjir!"

Aku berhenti melangkah, memicingkan mata pada Levin yang terlihat bingung. "Ya lo pikir aja sendiri!"

Dia menghela napas kasar. "Salah aja jadi cowok mah."

"Kenapa sih lo nggak bilang dari kemaren, tau gitu kan gue bawa mobil aja, nggak perlu lo yang keluar mobil. Nggak bisa balik malem?"

"Bukan gitu."

"Terus?"

"Gue ada urusan nanti, biasalah sehabis acara, anak BEM kumpul dulu."

"Terserah!"

"Ya elah, lo marah sih."

"Lo pikir aja sendiri, nanti gue balik gimana? Mana gue pake dress gini, bangke!"

Levin terlihat menahan tawa, ia meneliti penampilanku yang mengenakan dress selutut berwarna merah dan brukat hitam di bagian bawah dada hingga pundak, sambil mengenakan heels--walaupun tidak terlalu tinggi, tapi menyusahkan--padahal biasanya aku mengenakan sepatu kets. Alhasil, Levin tertawa puas, dia baru sadar akan penampilanku.

"Nggak usah ketawa!" gertakku, ia langsung mengatupkan bibirnya menahan tawa. "Daritadi kemana aja lo, baru sadar sama penampilan gue?"

Levin nampak menggaruk kepalanya, masih dengan cengiran bodoh di wajahnya. "Gue baru ngeh, asli." Dia mendecak, lalu melanjutkan ucapannya, "udah berhasil jadi princess, nanti pulangnya jadi gembel ya."

Aku memukul lengannya dengan clutch, dia mengusap bekas pukulanku, tapi masih cengengesan. "Cinderella kw super dong ah."

"Apa lo mau nungguin gue? Bisa sampe jam 2-an, kalo mau nungguin gue mah."

Aku membulatkan mata padanya. "Lo gila?!"

"Ya makanya tadi gue nanya."

Memiringkan bibir karena unmood, aku tak memedulikan Levin lagi, sekarang dia sibuk dengan ponselnya dan sesekali menjawab panggilan-panggilan singkat--entah dari siapa--dia ini manusia paling (sok) sibuk setelah Atania dan Zorama.

Sesampainya di depan aula, para mahasiswa sudah banyak yang mengantri untuk pengembalian tiket dan tanda tangan kehadiran. Kulihat mereka semua mengenakan dress code yang sudah ditentukan, merah dan hitam.

Sehitam Brownies Seputih SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang