Part 11

2.4K 278 36
                                    

24 November 2017

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini memasuki minggu kedua rutinitas antara aku dan Deon yang seminggu terakhir sering makan di luar. Iya, di luar kampus. Aku ulang ya, di-luar-kampus. Berdua.

Hahah, parah sih aku ngerasa menang banget padahal baru sampai di tahap ini. Gimana ya ... Deon juga sih yang nggak pernah nolak ajakan makan siang terlambat yang sering aku tawarin.

Jadilah, dengan jurus sepik "Yon, gue laper nih, lo laper nggak?" Deon pasti sigap banget buat pergi nyari makan siang--yang terlambat--saat itu juga. Ya, contohnya sekarang ini.

Kami sedang berada di restoran Jepang yang menjual aneka menu mie ala Negri Sakura itu, di salah satu mall area dekat kampus. Dekat kampus sajalah, nggak perlu jauh-jauh ke luar Jakarta--Tangerang atau Depok gitu, maksudnya--mall daerah Jakarta Timur sini juga sudah memadai, banget malah.

Sambil memerhatikan Deon yang bercerita tentang banyak hal sejak sejam yang lalu, aku menggulung mie di sumpit. Sesekali mengangguk dan berekspresi seadanya. Bukan berarti aku tidak antusias, hanya saja di kepala ini ada banyak pertanyaan yang tiba-tiba saja diberi tanda ceklis gitu.

Apa saja itu? Oh, salah satunya tentu pernyataan Atania yang pernah bilang kalau Deon orang yang asik, atau pernyataan Levin yang bilang kalau Deon bisa sesampah Zorama. Aku baru bisa memberikan ceklis-ceklis transparan itu ketika akhir-akhir ini makan siang yang terlambat selalu dengan Deon.

"Gue masih nggak nyangka aja, gimana bisa Zorama selemah itu kalo sama Atania."

Nah, itu tadi salah satu celotehannya yang bikin aku manggut-manggut. Dia jago gosip juga ternyata, dan korbannya sekarang adalah temannya sendiri, Atania dan Zorama. Temanku juga sih.

"Itu dia, gue kadang ngerasa kalo Zorama tuh nggak punya harga diri kalo udah sama Atania."

Dia mengangkat sumpitnya, menandakan persetujuan. "Kadang juga gue agak kesel sama Ata, dia deket sama siapa aja tapi nggak ada yang diseriusin."

Hemmmmmm. Aku jadi merasa kuah mie ramen ini pedesssss banget. Terkampret, Deon lagi nyindir Atania atau nyindir aku sih sebenarnya? Kok bisa mie ramen mendadak pedes gini?!

"Kita kan nggak tau aja gimana perasaan Ata yang sebenernya, mungkin aja dia punya sesuatu yang nggak bisa diungkapin makanya bertingkah begitu," kataku diplomatis.

"Lo ngomong gitu bukan karena ngebelain dia, atau ngerasa tersentil, kan?"

Duh, pake nanya lagi, pikir sendiri lah! Nyebelin abis. Tapi bukannya ngedumel di depan dia, aku malah menggeleng lesu, seolah ucapan tadi bukan karena aku sedikit tersentil dengan ucapan Deon. Padahal mah ....

Ya gimana ya ... selama ini aku berteman dengan Atania, dia juga seorang yang punya watak nggak jauh beda denganku, dia juga ingin punya teman sebanyak-banyaknya. Iya memang, akupun dekat dengan beberapa orang dari banyak fakultas. Tapi aku menganggap mereka hanya teman kok, dasarnya saja mereka yang baperan, malah mikirnya aku ngasih harapan palsu. Cih, cowok jaman sekarang hatinya pada lemah.

Sehitam Brownies Seputih SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang