Part 24

2.2K 245 34
                                    

17 Maret 2018

Apabila ada yang memerhatikan kedekatanku dengan Kaviar, maka dia adalah orang yang sangat perhatian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apabila ada yang memerhatikan kedekatanku dengan Kaviar, maka dia adalah orang yang sangat perhatian. Karena memang selama beberapa minggu ini intensitas kedekatanku dengan si anak pejabat itu semakin ada di tahap pendekatan "saling menerima."

Maksudnya, aku mulai menerima bagaimana kehidupannya, pun sebaliknya. Kami sama-sama semakin tahu kehidupan masing-masing.

Kaviar punya banyak teman—selain followers Instagram, tentunya. Berbanding terbalik denganku yang hanya percaya dengan segelintir orang, aku memang mengenal banyak orang, tapi tak ingin terlalu membiarkan mereka masuk ke dalam hidupku. Berbeda dengan Kaviar. Disuruh ke sana dengan si A atau B, dia pasti menuruti. Teman-temannya adalah kehidupannya. Mungkin begitulah kehidupan selebgram sesungguhnya. I don't really care.

Seperti sekarang dia menyuruhku ikut ke dalam kegiatan pemotretan barang-barang endorse yang sudah diurus oleh management circle-nya. Jadi, Kaviar ini masuk ke dalam suatu management dimana isinya selebgram sejenis yang menerima barang endorse para online shop. Dan semua barang-barang itu sudah terorganisir dari management-nya, Kaviar tinggal terima beres saja. Enak banget kan hidupnya ini? Namun, nggak melulu kok. Kalian harus tahu seperti apa sulitnya perjuangan para selebgram itu.

Kaviar duduk di sampingku, melepas jaket yang tadi menjadi objek endorse. "Bengong aja nih. Bosen ya?"

Aku menggeleng tegas, lalu menyodorkan air mineral yang disediakan pihak pengelola. "Minum dulu, nih."

Dia mengambil botol air mineral itu dan meminumnya hingga tersisa setengah. Haus banget tuh kayaknya, padahal cuma foto ala-ala saja.

"Uluh, haus banget, Bang?"

Dia menyentil keningku, lalu menyodorkan botol itu lagi. "Banget. Apalagi ada lo di sini. Bikin tambah haus."

Aku mengernyit. "Apa hubungannya?"

"Emang mau berhubungan sekarang? Ayo!"

Cih. Palbissssss, apapun disangkut pautkan ke arah sana. Aku berdecih saja, Kaviar dan mulut sampah gombalan mautnya itu menjijikan. Sangat. "Kerja sana! Sampah banget mulutnya!" sungutku.

Kaviar tertawa samar, lantas mengganti jaket yang ia kenakan dengan barang lain yang sudah diberikan orang management. Kali ini sepatu dan topi, tapi jaketnya tidak ia kenakan hanya tersampir di pundak. "Tunggu Abang ya, sayang."

"Najis lo, Abang endorse-an!!!!"

Dia tertawa girang dan berjalan menjauhiku.

Tak lama aku mendengar denting beruntun dari ponselnya. Ia melupakan benda itu yang memang berdenting sejak tadi, tapi aku mengabaikannya hingga lupa memberitahu bahwa benda itu butuh perhatian. Kulirik benda itu, ada banyak notifikasi membanjiri layarnya. Aku menggeleng tak mau ikut campur privasi orang. Apalagi Kaviar manusia super eksis, urusannya pasti banyak.

Sehitam Brownies Seputih SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang