Langit kemerahan mulai nampak di hadapanku.
Kualihkan tatapanku dari buku gambar di pangkuanku.
Hei, kenapa semuanya terlihat buram?
Oh, ternyata aku terlalu lama menatap lembaran putih.
Yang tadinya kuharapkan dapat terisi dengan gambaran bayang-bayangnya.
Lalu tawaku pecah,
Kertas itu masih putih bersih.
Aku menghela nafas sejenak.
Lampu-lampu di pinggir taman sudah mulai menyala.
Tapi keengganan mulai menyerangku,
Enggan untuk bangkit dari bangku taman ini.
Kualihkan tatapan mataku ke sekitar bangku yang kutempati.
Tidak ada,
Aku tidak melihat kehadiran seorangpun di sekitarku.
Tidak juga kulihat dia,
Dia yang biasanya kuamati diam-diam.Hampir saja ku memekik kegirangan,
Saat kulihat dia duduk di pinggiran jalan setapak.
Dengan pakaian olahraga dan sepatu putihnya.
Juga peluh yang menetes di dahinya.
Ahh, kalau saja bisa,
Aku akan menyeka peluh itu dengan sapu tangan di genggamanku.
Tapi tentu saja aku tidak bisa seperti itu,
Mendekat saja tidak berani.Aku bisa memandangnya,
Tapi tidak mampu mendekatinya.
Terus seperti itu.
Tapi rasa bosan tidak pernah hinggap,
Karena sosok itulah, aku duduk di sini
Setiap hari.
Hanya untuk menunggunya menampakkan diri.
Aku ingin dia melihatku.
Tapi aku tidak mau dia tahu aku menunggunya di sini.
Bodoh!Aneh memang.
Setiap sore,
Aku akan menunggu beberapa jam.
Sambil menggambar sketsa wajahnya.
Setelah itu dia datang dan berhenti sejenak di dekatku.
Dan aku hanya bisa diam memperhatikannya.
Lalu dia pergi, meninggalkanku di sini.
Di taman yang sepi dan langit yang mulai menggelap.-fab-
081217
♡♡♡Sebentar lagi selesaiiii. Eh gatau ding😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Eunoia
Poetry{Eunoia [kb, yunani] : pemikiran yang indah, pikiran yang baik} Beberapa puisi yang mungkin bisa menjadikan perantara dan penyampai kata yang tak bisa kau ungkapkan.